Halaman

Tuesday, 31 July 2018

Cerbung : Sang Perawat Edisi 2

Satria7


Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka

Cerbung Edisi Kedua




SANG PERAWAT EDISI 2



Nyonya Reny menggelepar-lepar menahan nafasnya yang kian sesak setelah memencet tombol darurat yang ada pada tombol tempat tidurnya terdengar suara dari speker mini pada ruangan rumah sakit kelas VIP itu.

"Ok bantuan akan segera tiba, harap sabar menunggu".....Jawab dari speker tersebut.

Braak!! pintu ruangan kamar nyonya Reny dibuka, Dengan tergesa-gesa asisten perawat bernama Widya dengan sigap langsung memasukan selang pernafasan oksigen kenyonya Reny. Dan sedikit demi sedikit nyonya Reny mulai bisa berbicara meski sedikit agak pelan.

"Di..maa..na sus Zita"...

"Mbak Zita barusan pulang nyonya karena dia semalam lembur, Sebaiknya nyonya jangan banyak bicara dulu. Tenangkan diri nyonya. Lalu beristirahatlah antara satu atau dua jam. Dan setelah itu nyonya baru bisa saya beri makan. Ok nyonya saya sekarang akan menelpon dokter agar nyonya dapat ditangani secara serius"..

Nyonya Reny mengangguk pelan dan akhirnya asisten perawat bernama widia meninggalkan nyonya Reny guna memanggil dokter. Namun sebelumnya ia menghubungi Zita sang kepala perawat yang juga sahabatnya.

Dering ponsel berbunyi sangat nyaring, Lalu seorang wanita bergegas menuju suara ponsel itu dimana ia meletakkannya. Dalam hitungan detik ponsel sudah berada pada tangannya.

"Iyaa!! Wid ada apa? ...seru wanita itu.

"Waahh!! mbak Zita gawat niih!!, Nyonya Reny pagi tadi mengalami sesak nafas hebat...Mbak bisa kan siang nanti kembali kerumah sakit"....Ucap Widya.

"Oohh!! kau sudah tangani Wid? ..Sudah mbak bahkan aku berencana memanggil dokter Amrana... Agar kita tidak telat dalam mengatasi pasien berpenyakit tinggi"...

"Ok Wid tunggu aku setengah jam lagi aku segera kesana".....Akhirnya pembicaraan pada ponsel pun terputus setelah keduanya salin sepakat.

"Heemm!! untungnya pagi tadi aku sudah istirahat jadi dengan meminum multi vitamin tubuh aku bisa beraktifitas kembali. Yaa! aku memang harus kesana apapun itu aku sudah menganggap beliau ibu kandungku sendiri sebaiknya aku berkemas-kemas".

Setelah merapikan rumahnya wanita yang bernama Zita mazita itu segera menuju rumah sakit dimana dia bekerja. Sesampainya ia disana ia pun langsung menuju ruangan lantai empat dimana nyonya Reny dirawat. Ia pun merasa lega karena dokter Amrana telah lebih dahulu berada diruangan nyonya reny.

"Siang dokter Amrana"...sapa perawat bernama Zita.

"Oohh! kebetulan sekali sus Zita masuk kembali hari ini, Dan selamat siang juga jadi saya tidak perlu menjelaskan masalah pada pasien nyonya Reny keesokan harinya".

"Itu sudah jadi kewajiban saya dokter, Oiya gimana keadaan nyonya Reny sekarang dok".

Akhirnya dokter Amrana menjelaskan apa yang dialami pasien bernama nyonya Reny dengan seksama.

"Yaa!! begitulah sus Zita, Selain pernafasannya yang akut. Nyonya Reny juga mengalami penyakit paru-paru beruntung fisik sang pasien begitu kuat jadi kondisi beliau terlihat tidak terlalu drop"...Seru dokter Amrana.

Perawat bernama Zita Mazita terlihat manggut-manggut serius......"Ok dokter apa pun itu saya berserta dokter setidaknya kita tetap berusaha menangani pasien kita agar mendapat kesehatan terbaik".

"Yaa! betul sekali sus Zita, Dan jika sudah tidak ada yang dipertanyakan lagi saya pamit dulu"....Jawab sang dokter.

Akhirnya setelah dokter Amrana berlalu dari ruang kamar nyonya Reny dirawat, Perawat Zita membiarkan nyonya Reny beristirahat dan ia pun juga berlalu menuju ruang kerjanya. Sesampainya ditempat itu ia pun bertemu dengan asistennya yaitu Widiya.

"Gimana mbak Zita kondisi nyonya Reny"..


"Alhamdullilah Wid agak membaik untuk saat ini. Yaa! semua itu berkat dirimu jugakan....Seru Zita sambil tersenyum.

"Huuffs! paling bisa deh kalau merayu mbak Zita ini, Intinya semua itu berkat, Dokter Amrana, Mbak Zita jugalah".

"Eehh!! tapi ngomong-ngomong apa keluarganya sudah tahu keadaan nyonya Reny yang krissis tadi pagi"...Tanya Widya.

"Belum.sama sekali Wid, Tapi aku memang harus menghubunginya. Dan pria itu satu-satunya yang memang harus dihubungi karena cuma dia yang lebih sering kesini, Tetapi aku harus menanyakan nomor yang bisa dihubungi kenyonya Reny dahulu".

"Oohh! ternyata ada rasa kangen juga yaa!! mbak Zita"....Ucap Widya. Sebelum berlalu sambil tersenyum menyindir.

"Kamu itu maunya apa sih Wid!, Awas kamu yaa!!"

"Widya pun tertawa puas sambil berkata....."Daahh! mbak Zita, Tahan dulu yaa!! kangennya"..

Zita pun hanya tersenyum dongkol sambil mengepalkan tinju pada sahabatnya itu. Dan setelah mendapatkan nomor dari nyonya Reny sang perawat Zita Mazita itu pun langsung menghubungi Virkam anak sang nyonya Reny. Meski harus kerap menghubungi berkali_kali.



~~ 🌹CERBUNG : SANG PERAWAT EDISI 2 🌹 ~~



Keesokan harinya pukul 15:00 petang Zita Mazita sedang asik! berbincang dengan nyonya Reny secara santai, Bahkan salin bercanda gurau layaknya seperti ibu dan anak, Dan tanpa mereka sadari semuanya itu disaksikan oleh seorang pria berjas hitam, yang tak lain adalah anak dari nyonya Reny yaitu Virkam. Namun tidak berselang lama kehadiran Virkam akhirnya diketahui oleh nyonya Reny ibunya. Melihat kehadirannya diketahui ibunya Virkam pun sedikit kaget, Meski ada keraguan pada hatinya untuk mendekat ibunya namun ia harus tetap menuju keibunya.

Begitu pun perawat bernama Zita Mazita, Mengetahui ada yang datang ia pun mendadak canggung dan hanya menundukkan kepala sambil menatap arah yang berlainan arah.

"Virkam mengapa kau hanya diam disitu lekas kesini nak!".....Sapa nyonya Reny.

Virkampun segera menghampiri ibunya dan langsung mengatakan sesuatu....."Buu! maafkan Virkam", Sambil bersujud dihadapan ibunya.

"Bangunlah nak!. Tak perlu kau khawatirkan ibu tidak apa-apa kok. Dirimu tak bisa hadir disini masih ada sus Zita penggatimu jadi tak perlu ada yang kau bebani nak!".

Virkampun kembali terdiam sambil sesekali melihat wajah perawat bernama Zita, Begitupun sebaliknya hingga suasana kembali hening. Tak lama nyonya Reny pun kembali berkata

"Virkam, dan kau sus Zita kalian pun tak ubahnya seperti anak-anaku, Dan apapun sifat kalian berdua ibu tidak pernah membeda-bedakannya semua sama dimata ibu. Karena apa yang ibu lihat dari kalian berdua adalah satu".

"Ee..eehh!! anu nyonya".....

"Dengar Zita"...Potong nyonya Reny.

Sambil membelai-belai rambut sang perawat itu nyonya Reny kembali membuka kata kembali....

"Zita....Mulai hari ini aku akan memanggil namamu saja, Tanpa ada gelar atau apapun. Dan sebaiknya aku lebih suka kau memanggil mama atau ibu terhadapku, Kau maukan Zita. Naah!! mulai hari ini tidak perlu dirimu ada keraguan atau sungkan terhadapku Zita".

Sang perawat Zita Mazita itu pun hanya mengangguk dan tersenyum dingin, Meski risih terhadap keadaan namun ia seberusaha mungkin tetap menunjukan jiwa profesional kerjanya dihadapan nyonya Reny.

"Zita", Sapa nyonya Reny.

"Iyaa!! nyonya...Eehh! Maah!!..Buu!!"....Serunya kaku.

"Panggil aku ibu atau mama Zita".

"Iyaa buu!"....Nyonya Reny punya tersenyum bahagia, Dan kini ia menoleh kearah Virkam anaknya yang sejak tadi diam membisu. Lalu meraih tangan Virkam dan menyatukan tangan keduanya. Bagai tersengat listrik keduanya diam bagai patung arca tak bernyawa.

"Virkam kamu tahu seperti apa wanita suci itu nak!".

Tak ada jawaban dari Virkam hanya hembusan angin AC yang mengalir perlahan diruangan rumah sakit kelas VIP itu.

"Virkam Ibu terkadang suka berkhayal, Akan sangat bahagia bila melihat kalian duduk bersanding salin tersenyum. Dan kau Zita, Berkat dirimu ibu serasa mempunyai seorang menantu yang luar biasa. Kau pun nampak cantik luar dalam".

Merasa canggung, Karena tangannya masih menyatu dengan tangan anak nyonya Reny ia pun berusaha mencari sesuatu agar dirinya tidak terlalu tegang dan perawat Zita Mazita itu pun langsung berkata meski sedikit ada perasaan canggung.

"Oiyaa! bu aku hampir saja lupa ada beberapa vitamin yang harus ibu makan. Sebentar aku ambil dulu yaa!!".

Nyonya Reny pun hanya mengangguk sambil tersenyum bahagia. Akhirnya sang perawat itu meninggalkan ruangan kamar nyonya Reny dengan perasaan lega. Begitu juga dengan Virkam yang akhirnya bisa menguasai dirinya dari ketegangan yang baru saja berakhir. Seperti ada Gerhana kebahagiaan pada kamar dilantai empat itu, Meski semuanya salin merasa banyak menahan diri. Atas keinginan serta pikirannya masing-masing.



~~ 🌹 CERBUNG : SANG PERAWAT EDISI 2 🌹 ~~



Malam kian merangkak perlan dan menyelimuti kawasan sebuah rumah sakit, Disebuah ruang kamar lantai empat nampak hening mencekam. Namun didalamnya serasa ada sebuah aura kebahagian yang sedang dirasakan oleh sosok tubuh wanita paruh baya yang sedang tergolek tak berdaya, Ia pun terus tersenyum seolah sedang mengkhayalkan sesuatu yang berharga bagi dirinya serta orang-orang yang ia kasihi selama hidupnya.

"Oohh!! tuhan andai saja tubuh yang tua ini bisa kembali perkasa, Entah rasa bahagia apa lagi yang akan aku alami. Meski tubuh tua ini hanya bisa memandang haru"...

Bagai sebuah buku yang akan ditutup, Wanita paruh baya yang tak lain adalah Nyonya Reny itu pun tersenyum dan terus tersenyum, Hingga matanya terpejam untuk selamanya...

Cerah pagi hari tak secerah hati dan perasaan seorang perawat bernama Zita Mazita. Bagai anak ayam kehilangan induk. Iya menangis tersedu bahkan meraung. Dan sepertinya tidak perduli lagi akan keadaan sekitar serta skil jiwanya.

"Aammpuunnii akuu!! buu! yang tidak pernah peduli akan keinginanmu...Buu!! harus dengan apa lagi aku menebus semuanya....Diri ini terlalu hina untukmu ibuu!"..

Zita pun terus menangis sambil meneluki jasad nyonya Reny hingga sebuah tangan menepuknya dan memberi ketenangan jiwanya.

"Sudahlah mbak!! semua akan ada akhirnya, begitu juga diri kita nantinya. Tak ada yang perlu disahlakan dan jangan pernah merasa menghukum diri sendiri mbak, Semua sudah ada pada jalannya masing-masing".....Ungkap seorang sahabat bernama Widya dan para perawat serta dokter Amrana yang turut hadir untuk mengucapkan belasungkawa.

Sang perawat Zita Mazita pun berusaha untuk tegar, Dan sambil masih menangis sesegukan ia pun berkata pada sahabatnya Widya........"Izinkan aku mengantarkan jenazah nyonya Reny sampai ketempat peristirahatan beliau yang terakhir".

"Widya pun tersenyum sambil mengangguk"...

Seiring waktu yang kian berlalu dengan begitu cepatnya, Nama Nyonya Reny Anggreany Nyimas Putri kini hanya tinggal pusara berserta taburan bunga-bunga segar namun mengandung duka mendalam, Terutama bagi sang keluarga tercinta. Seiring pemakaman nyonya Reny yang telah rampung para sebagian para pelayat dan saudara serta kerabat terdekat mulai meninggalkan area pemakaman. Namun tidak seperti Virkam sang anak berserta seorang perawat Zita Mazita yang merasa sangat kehilangan orang yang baru dikenalnya selama sepekan. Kedua orang tersebut masih terus dirundung selimut duka yang mendalam.

"Buu! maafkan aku yang tidak bisa mengurus atau mengerti apa yang kau inginkan aku hanya manusia bodoh yang selalu penuh kekurangan dan tentunya sangat tidak pantas untukmu dan bersamamu".

Sambil meratap dipusara nyonya Reny, Zita pun kembali menangis meratapi semua yang telah terjadi, Begitu pun dengan Virkam yang hanya diam tak kuat menahan kepergian ibunya. Angin sore diarea pemakaman terus berhembus seolah mewarnai dengan nyanyian duka. Akhirnya dengan langkah gontai sang perawat Zita Mazita melangkah meninggalkan tempat peristirahatan abadi nyonya Reny tanpa pamit kepada Virkam. Melihat sang perawat berlalu, Virkam yang sejak tadi diam langsung membuka suara dengan nada terbata-bata.

"Heeyy! hendak kemana kau, Urusanmu denganku belum selesai".

Zita pun tersentak dan berdiri mematung, Hingga akhirnya memberi suatu jawaban.

"Aku mengerti yang kau rasakan dan aku tidak akan lari dari semua ini, Termasuk untuk biaya rumah sakit aku akan mengurus semampuku"...Jawabnya dengan perasaan tegang.

"Bukan itu yang ingin aku bahas, Aku hanya butuh sesuatu darimu? Masalah kepulanganmu biar nanti kau aku antar pulang"

Zita pun kembali dihantui bermacam pertayaan pada hati serta perasaannya dengan langkah kaku ia pun kembali menghampiri Virkam.

"Kau tahu disini ibuku baru saja diistirahatkan ketempat abadinya, Mungkin tak perlu aku jelaskan perasaan duka antara kau dan aku tentu sama. Disini dimakam ibuku yang masih bertanah merah dan bertabur bunga aku ingin memutuskan sesuatu agar ia tahu, apa yang telah ia inginkan tercapai serta bisa membuat jiwanya tenang dalam keabadiannya. Kuharap kau pun mengerti serta menerimanya dengan ikhlas".

Zita pun mengangguk...."Seperti yang aku ucapkan tadi aku tidak pernah akan lari dari semua ini".

"Zitaa! sebelum aku berkata lebih jauh lagi, Aku minta maaf atas semua keinginan ini yang mungkin di matamu teramat bodoh bahkan rendah. Aku tak ingin mengecewakan ibuku, Dan ditempat ini aku berjanji demi keinginan dirinya serta diriku juga nantinya. Maukah kau hidup bersamaku sekaligus menjadi perawatku selamanya".

Zita pun kembali tersentak, Bagai dalam mimpi ia pun langsung membuka kata..."Virkam apa yang ada pada diriku sungguh jauh dari apa yang mungkin kau harapkan nanti. Kau tahu apa jadinya bila seandainya kau tahu ternyata aku hanya seorang manusia rendah yang jauh dari kesempurnaan. Aku tidak ingin ada yang terluka untuk yang kedua kali"....Ucap Zita dengan nada parau.

"Aku pun tak ubahnya seperti yang telah kau katakan, Kau tahu tanpa menceritakan latar belakang dirimu. Aku sudah tahu, Karena apa yang ibuku katakan terhadapku selalu jadi yang terbaik tanpa perlu aku mengoreksinya. Dan termasuk dalam menilai dirimu".

Hening kembali tercipta hingga Virkam pun kembali membuka kata sambil meraih tangan sang perawat itu.

"Zita jika banyak kekurangan dari diriku, Anggap saja kau mengurus ibuku yang kedua kali. Meski dengan wujud yang berbeda"....Ungkap Virkam meski agak terbata-bata.

Dengan air mata masih di pipinya Zita pun memberanikan diri membelai wajah serta rambut Virkam...."Dimataku kau lelaki sempurna yang baru aku dapatkan, Semoga kekurangan jiwaku bisa tertutupi dengan kehadiran dirimu. Dan makam ini jadi saksi ucapanku, Semoga ibumu tersenyum bahagia dan merestui ini semua, Asal kau tahu Virkam tidak ada tuntutan dariku terhadapmu".

Meski agak tersenyum dingin Virkam pun meraih pinggang perawat itu, Begitu pun dengan Zita. Lalu keduanya salin berpelukan bagai mendapat tempat sandaran hidup masing-masing, Baik suka mau pun duka. Dan akhirnya keduanya melangkah meninggalkan Area pemakaman untuk kembali menjalankan lembar kehidupan baru selanjutnya.


~~ 🌹🌹 TAMAT 🌹🌹 ~~


















22 comments:

  1. Wow, suz Zita baik hati ya, pasien yang diurusnya meninggal ia datang juga ke pemakaman nya. Beda Ama suster di kota saya, masa bodoh, paling hanya diurus di rumah sakit aja.πŸ˜‚πŸ˜‚

    ReplyDelete


  2. Yaa!! Kan ada yang diharapkan kangen..πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. CSS nya jadi bikin sulit baca kang, warna background dan warna tulisan hampir mirip..πŸ˜‚

      Delete
    2. Baca komentar maksudnya, kalo cerpennya sih ok.πŸ‘

      Delete


    3. Saya juga bingung kang kok jadi begitu...padahal nggak ngerubah..πŸ˜ͺ😭😭

      Delete
  3. Jaey kok gak ikut melayat kang? padahal kan dia kakaknya Virkam, Hihi..

    ReplyDelete
    Replies

    1. Dia sibuk pacaran katanya...πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Delete
  4. Jadi ingat sama sang mantan,ah sang perawat saya jadi rindu. Mana nih tisunya :(

    ReplyDelete
    Replies


    1. Waaduuhh!! Tissunya abis bang Diangkat...Gimana kalau diganti lagi sama suster atau perawat..πŸ˜±πŸ˜³πŸ˜„πŸ˜„

      Delete
  5. Baca nama Vikram jadi berasa nonton film India, heheh.

    ReplyDelete
    Replies

    1. Heeheee!!! Joget dan nari terus doong!! Mbak ...πŸ˜„πŸ˜„

      Delete

  6. hem, jadi bingung mau koment apa yah

    andai saja bisa direkayasa seperti cerita di atas

    ReplyDelete
    Replies

    1. Teruuss!! Sama siapa mbak Mhay...?? 😱

      Haayooo!!! Siapa tuuhh!! ..πŸ˜„πŸ˜„

      Delete
  7. Virkam dan Zita, hmmm... bagus ceritanya

    ReplyDelete
    Replies

    1. Iyaa!!mas Akhmad...Thanks yaa! atas waktunya..πŸ˜„

      Delete
  8. Soswitnya... masih sempat dijodohin nyonya reny sebelum wafat

    :')

    Btw mungkin beberapa kesalahan ketik bisa diperbaiki bro, biar lebih enak bacanya.
    Misal :

    "Oohh!! kau sudah tangani Wid? ..Sudah mbak bahkan aku berencana memanggil dokter Amrana... Agar kita tidak telat dalam mengatasi pasien berpenyakit tinggi"...

    (Ini kan dialog dua orang ya, tapi kayaknya kelupaan misahin dan nambahin tanda kutipnya, tadi sempet bingung wkwk)

    Teru misalnya yang ini:

    Keesokan harinya pukul 15:00 petang Zita Mazita sedang asik! berbincang dengan nyonya Reny secara santai, Bahkan salin bercanda gurau

    (Kok ada tanda seru di situ ya, aku agak kaget wkwk)

    Terus titik-titik tiga nya kebanyakan, maybe bisa dikurangin jadi satu titik aja.

    Nice story
    Keep it up ;)

    ReplyDelete
    Replies

    1. Haaahaaa!!! Betul banget broo!! ...maklum saya pribadi terkadang iseng main tanda baca....Kebiasaan buruk yang nggak mau hilang....πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Intinya habis nulis tanpa kontrol lagi...Ok thanks banget atas koreksinya...πŸ™πŸ™πŸ˜„

      Delete
  9. kok pinter banget buat cerita ya

    ReplyDelete


  10. Cerita asal2lan mas!!πŸ˜„πŸ˜„

    ReplyDelete
  11. Wah kayanya kak satria ini ahli bkin cerita gtu ya! Hihihi coba kak satria dikembangkan jadi novel lymayan tuuuu bisa jadi ladang uang xixix

    ReplyDelete


  12. Nggak juga cuma iseng saja..πŸ˜„πŸ˜„

    ReplyDelete
  13. masih konsisten bikin cerbung kayak di MWB nih. he he.

    ReplyDelete

Terimah Kasih Sudah Meluangkan Waktunya Diblog Ini...