Pagi yang sejuk mewarnai sebuah desa dengan desiran semilir angin pagi daun-daun serta pepohonan nampak subur, Ditambah kemilau padi yang mulai menguning. Seolah mendai cerahnya hari serta kehidupan yang abadi. Namun semuanya itu tidak membuat kebahagian yang berarti dimata seorang pria paruh baya bernama Hermansyah. Meski ia kerap bertani dan bercocok tanam namun semuanya itu tanah milik orang lain, Ia hanya mengurus saja demi bisa mendapatkan sesuap nasi dan menghidupi anak semata wayangnya bernama Reny. lahir dalam keluarga petani yang miskin. Hermansyah tak pernah memiliki penghasilan cukup walaupun telah berjuang keras. Pada sebuah musim kemarau ia mengalami gagal panen. Terpaksa Hermansyah meminjam pada tengkulak demi bisa makan dan membeli bibit serta pupuk. Musim panen berikutnya ternyata harga gabah jatuh. Tak mampu membayar, tengkulak ahirnya mau tidak mau ia harus menyerahkan satu-satunya aset produktif seorang petani yaitu sawah. Tanpa tanah bagi Hermansyah bukanlah petani lagi. Hidup semakin sengsara. Hermansyah berusaha mencari nafkah dengan berjualan bubur ayam di trotoar alun-alun kota. Modalnya ia pinjam lagi dari tengkulak karena bank tak mau memberi pinjaman pada petani tanpa tanah. Tiga minggu berjalan, tiba-tiba satpol PP datang bergerombol. Gerobak bubur ayamnya dirampas paksa. Hermansyah meraung keras, berusaha melawan namun tak kuasa. Apa daya, ia ditangkap dan dibawa ke kantor dengan tuduhan mengganggu keindahan kota dan menjadi provokator yang menghasut massa melawan petugas. Ia diringkus aparat, diberi cap kriminal. Gerobak yang dirampas tak dapat diambil. Modal yang berasal dari utang tak dapat dikembalikan. Tengkulak meradang. Rumah kecil reot yang berdiri di tanah sempit di pinggir sawah yang selama ini menjadi tempat berteduh dirampas untuk membayar utangnya. Hermansyah tak kuasa menahan derita. Ia gantung diri menggunakan selendang istrinya yang telah wafat 2 tahun lalu akibat sakit akut yang berkepanjangan karena tidak ada biayaya untuk berobat. Dan tinggal jauh dari perkotaan. Reny pun menangis histeris atas kematian ayahnya ia tak tahu harus berbuat apa dan kemana lagi harus mengadu. Matanya terus berkaca-kaca sampai akhirnya ia harus pasrah diusia yang masih belia harus menjadi anak yatim piatu. Tak tega meliha keadaan Reny, Seorang pemuda Ganteng rupawan wele-wele wah..π±π yang bernama Emde melamarnya. Suami Reny merupakan seorang pekerja keras, jujur dan penyayang walau berpenghasilan pas-pasan...π±π± Reny pun tak pernah mengeluh dengan penghasilan suaminya, baginya yang terpenting ia memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat bersandar di kala sedih, orang yang akan selalu melindunginya. Tak perduli ia seorang buruh kasar yang tak mampu memberikan jaminan kehidupan di masa depan. Reny sangat bahagia dengan suaminya, tak lama Reny pun hamil. Waktu berjalan begitu cepat, Reny merasakan perih di perutnya. Air ketubannya pecah, ia harus di bawa ke Rumah Sakit. Emde sang suami panik, sebagai buruh kasar dengan penghasilan pas-pasan ia tak mampu menabung. Ia tak punya uang untuk membayar biaya persalinan, bahkan kontrakannya saja bulan ini belum dibayar. Namun ia ingin anak dan istrinya selamat. Ia ingin melihat senyum sang istri ketika menyusui anaknya. Ia ingin mendengar tangis anaknya yang pertama. Ia tak punya pilihan. Maka ia meminjam pada mandornya, tanpa izin. Ia mencuri bahan bangunan dan menjualnya pada penadah demi anak dan istrinya. Ia tidak tertangkap namun ia berhenti bekerja karena rasa bersalahnya pada sang mandor. Persalinan itu berjalan lancar. Namun masalah kembali muncul. Setelah dipecat oleh sang mandor, Emde pun kesulitan mencari kerja sangatlah sulit. Membuka usaha baru juga butuh modal. Sedangkan istrinya Reny butuh makan. Anaknya butuh ASI. Ia berniat meminjam pada tetangga sekedar untuk makan, namun berhari-hari mencari utangan tak kunjung didapat. Para tetangganya juga orang miskin, sama sepertinya. Karena sering tak makan dan menahan lapar, ASI Reny untuk anaknya mulai mengering. Emde sang suami tak kuasa melihatnya. Ia nekat mencuri ayam di desa sebelah, namun malang ia tertangkap basah. Massa yang marah besar mengepung serta memburu dan membakarnya hidup-hidup Emde meronta dan meraung-raung menahan panas yang tak terhingga hingga akhirnya Ia tewas meregang nyawa. Malam mulai meninggi disebuah rumah kontrakan tanpa seorang bayi mungil terus menangis tanpa henti memecah keheningan malam kelam, Bayi itu terus meronta seolah ingin meminta serta mengatakan sesuatu. Seolah berkata dari sang bayi, "Aku lapar ibu..berikan aku ASI-mu” Sang ibu lirih menjawab....“Maaf nak, ASI ibu kering...Ibu jarang makan 3 hari ini" Bayi itu meraung keras seolah pasrah, Tak lama berselang para tetangga datang kerumah Reny dengan langkah berat dan tergopoh-gopoh sambil berkata. “Mba Ren!!....mba Reenn!!, suamimu mati dibakar massa” “Ia kepergok mecuri ayam didesa sebelah”........Seru para tetangga. Bagai disambar petir tengah hari Reny pun hanya diam mematung. Badannya menggigil sambil terus mendekap anaknya yang baru dalam hitungan bulan. Suasana malam semakin kelam seiring para tetangga meninggalkan rumah Reny, Dan tampak tubuh seorang lelaki yang telah hangus tergeletak kaku tak berbentuk. Hening terus menjelma hingga Bayi itu telah berhenti menangis, Sekarang matanya terpejam tenang. Terpejam tenang bersama ibunya, Dalam sebuah lubang sumur di belakang rumahnya.
Nike Ardilla - Matahariku Mp3 Size : 4.60 MB Title : Matahariku Album : Matahariku ( 1992 ) Artist : Nike Ardilla Duration :00:05:01
Eh #' ada bonusnya pula ... lagu dari teteh Nike π
ReplyDeleteJadi dramatis ya baca cerpen ini dibarengi dengerin lagu Matahariku π
DeleteHeeehee!! Lagi iseng mass!! ππ
Iseng-iseng juga mas Satria mah ngasih bonus, tuh lagu..wkwk
DeleteBaca ginian jam segini gak fokus euy, ngantuk. Besok mudik aku, Mas.
Tak sempetin main dulu kesini. Sekalian pamit..he
Ok mas Andi sama2...Selamat mudik jangan lupa2 Oleh2nya pheuyeum .... Perempuan yaa!! Heehee!!ππππππππ
Delete
ReplyDeleteWaduh kok cerita tragis banget ya..πππ
Link MP3nya ngga pas tuh..
Deleteπ±π±...Salah nyomot lagu mas her ...jadi gitu deh!! Ntar kalau sempat aku benerin..πππ
nyesel baca ini, kenapa harus tragis coba endingnya mas...? duh duh
ReplyDelete
DeleteYaa!! Kalau nggak mau nyesel harusnya bacanya sambil tertawa-tawa atau sambil cipika-cipiki sama pacar...pasti dijamin Nggak sedih...π±π±πππππππππ
ReplyDeleteAstaghfirullah, ini penulisnya tega amat sih
itu pemerannya dibayar berapa kok segitunya sih
terenyuh rasanya baca cerita ini hiks
DeleteBayarannya gede mbak Mhay ...Duit juga, Thr, juga, Sembako juga jadi gitu deehh!!ππππ
kayaknya ini pemerannya dari tenen2 mwb jaman dulu.
ReplyDelete
DeleteBenar mas ben temen2 MWB yang sekarang udah pada ujur...ππππ
Duhhh, pengin nangis bacanyaπππ
ReplyDelete
DeleteYaa!! Jangan nangis mbak Ella bawa happy aja...Aku nggak ada balon kalau km Nangis..πππ
Tega banget ini authornya π bahagia cuma bentar banget. Makan aja ga dikasih ya ampun
ReplyDelete
DeleteYaa!! Sebelum buat cerpen pemerannya sudah makan berbakul2....Jadi tega2,in aja...πππ
Duh, tragis banget mas cerpennya...hiks
ReplyDelete
DeleteAwalnya iseng eehh!! Jadi serem begitu..π±π±π±
waduh,, sepertinya yang nulis punya dendam pribadi dengan pemuda guanteng bernama Emde,,
ReplyDeleteuntung ada teteh Nike jadi sedikit terobati hi..hi..
DeleteBukan Emde namanya tapi Bisull...ππ
waduh tragis banget ya bang
ReplyDeleteIyee!! Baangg!! ππ
DeleteNulis ceritanya kayak dikejar rondo. Hahaha
ReplyDeleteEh, itu ceritanya mengingatkan saya pada seseorang yg dituduh mencuri amplifier masjid, yang kemudian dibakar hidup-hidup.
Jadi sedih membaca kisahnya. Hiks.... Kopi mana kopi....
DeleteHaahaaa!!! Maklum iseng kang jadi Niat nggak niat..ππππ
Jangan kopi kang .....Susu perawan aja atau Rondo...π±π±π±ππ