Bicara tentang maskapai penerbangan tentunya secara otomatis anda akan beranggapan yang paling menarik dan bergensi adalah maskapai Garuda Indonesia. Bahkan jika ditanya maskapai apa yang paling pertama di Indonesia tentunya anda pun akan menjawab Garuda Indonesia lagi.
Nah mulai sekarang anda harus tahu nih, bahwa maskapai yang pertama di indonesia sebenarnya bukan Garuda Indonesia? Penasarankan simak ulasan dibawah ini.
Indonesian Airways menjadi maskapai komersial pertama yang ada di negeri ini. Namun, maskapai itu justru tidak banyak beroperasi di Indonesia, melainkan berpusat di Burma (sekarang dikenal dengan Myanmar). Indonesian Airways juga diyakini sebagai maskapai yang pertama kali mengoperasikan penerbangan sipil.
"Penerbangan sipil Indonesia tercipta pertama kali atas inisiatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan menyewakan pesawat yang dinamai "Indonesian Airways" kepada pemerintah Burma pada 26 Januari 1949." Tulis halaman resmi Garuda Indonesia.
Dan dilansir dari laman resmi TNI AU (Angkatan Udara), keberadaan Indonesian Airways tak lepas dari pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Pembelian pesawat tersebut diprakarsai atas gagasan KSAU Komodor Udara S Suryadarma atas tindak lanjut dari pidato Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno. Dalam pidato pertamanya, Presiden Sukarno menyampaikan pentingnya pertahanan udara bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Pidato yang dilakukan pada 16 Juni 1948 tersebut sukses menggugah hati rakyat Sumatra, khususnya Aceh. Dari situlah, pesawat RI-001 Seulawah akhirnya dibeli lewat pengumpulan dana yang dinamai dengan dana Dakota.
AURI akhirnya menugaskan Opsir Muda Udara II Wiweko Supono, sebagai ketua misi pembelian yang dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgodisuryo, untuk membeli pesawat tersebut. Pesawat Dakota RI-001 akhirnya tiba di Indonesia pada Oktober 1948.
Sebulan setelah kedatangannya, pesawat ini telah mengantarkan Wakil Presiden Mohammad Hatta berkunjung ke Sumatra, melalui rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutarajasa Pergi Pulang (PP). Penerbangan berikutnya adalah penerbangan dari Maguwo pada 1 Desember 1948, menuju Piobang (Payakumbuh, Sumatra Barat) dengan membawa beberapa personel untuk memperkuat militer di Sumatra.
Tiga hari di Payakumbuh, pada 4 Desember 1948 pesawat bertolak ke Kutaraja untuk mengangkut kadet ALRI, dari Payakumbuh ke Kutaraja yang dipimpin oleh Kasal Laksamana Laut Subijakto. Dalam rangka perawatan mesin berkala dan pemasangan tangki jarak jauh, pesawat diterbangkan menuju Calcutta (sekarang Kolkata), India, pada 6 Desember 1948.
Pesawat diawaki oleh Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot Opsir Udara III Sutardjo Sigit, juru radio Opsir Muda Udara III Adi Sumarmo, serta seorang juru mesin Caesselbery. RI-001 membawa empat penumpang, saudagar Aceh yang akan merintis hubungan dagang dengan luar negeri.
Sayangnya, Seulawah tidak bisa pulang ke Indonesia karena Belanda melancarkan Agresi Militer ke-2 pada Desember 1948 dengan menyerbu Bandara Maguwo dan berhasil menduduki Jogja. Berhubung berkecamuknya perang menghadapi Agresi Militer Belanda II dan tidak memungkinkannya kembali ke Indonesia, mereka bersepakat untuk mengoperasikan pesawat di luar negeri melalui penerbangan komersial.
Awalnya, penerbangan komersial ini direncanakan di India. Namun karena sudah ada perusahaan penerbangan India Nation Airline (INA) yang melayani penerbangan dalam negerinya, perhatian dialihkan ke Burma. Untuk bisa beroperasi di Burma, RI-001 harus dalam bentuk perusahaan penerbangan atau airlines.
Nah mulai sekarang anda harus tahu nih, bahwa maskapai yang pertama di indonesia sebenarnya bukan Garuda Indonesia? Penasarankan simak ulasan dibawah ini.
Indonesian Airways menjadi maskapai komersial pertama yang ada di negeri ini. Namun, maskapai itu justru tidak banyak beroperasi di Indonesia, melainkan berpusat di Burma (sekarang dikenal dengan Myanmar). Indonesian Airways juga diyakini sebagai maskapai yang pertama kali mengoperasikan penerbangan sipil.
"Penerbangan sipil Indonesia tercipta pertama kali atas inisiatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan menyewakan pesawat yang dinamai "Indonesian Airways" kepada pemerintah Burma pada 26 Januari 1949." Tulis halaman resmi Garuda Indonesia.
Dan dilansir dari laman resmi TNI AU (Angkatan Udara), keberadaan Indonesian Airways tak lepas dari pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Pembelian pesawat tersebut diprakarsai atas gagasan KSAU Komodor Udara S Suryadarma atas tindak lanjut dari pidato Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno. Dalam pidato pertamanya, Presiden Sukarno menyampaikan pentingnya pertahanan udara bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Pidato yang dilakukan pada 16 Juni 1948 tersebut sukses menggugah hati rakyat Sumatra, khususnya Aceh. Dari situlah, pesawat RI-001 Seulawah akhirnya dibeli lewat pengumpulan dana yang dinamai dengan dana Dakota.
AURI akhirnya menugaskan Opsir Muda Udara II Wiweko Supono, sebagai ketua misi pembelian yang dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgodisuryo, untuk membeli pesawat tersebut. Pesawat Dakota RI-001 akhirnya tiba di Indonesia pada Oktober 1948.
Sebulan setelah kedatangannya, pesawat ini telah mengantarkan Wakil Presiden Mohammad Hatta berkunjung ke Sumatra, melalui rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutarajasa Pergi Pulang (PP). Penerbangan berikutnya adalah penerbangan dari Maguwo pada 1 Desember 1948, menuju Piobang (Payakumbuh, Sumatra Barat) dengan membawa beberapa personel untuk memperkuat militer di Sumatra.
Tiga hari di Payakumbuh, pada 4 Desember 1948 pesawat bertolak ke Kutaraja untuk mengangkut kadet ALRI, dari Payakumbuh ke Kutaraja yang dipimpin oleh Kasal Laksamana Laut Subijakto. Dalam rangka perawatan mesin berkala dan pemasangan tangki jarak jauh, pesawat diterbangkan menuju Calcutta (sekarang Kolkata), India, pada 6 Desember 1948.
Pesawat diawaki oleh Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot Opsir Udara III Sutardjo Sigit, juru radio Opsir Muda Udara III Adi Sumarmo, serta seorang juru mesin Caesselbery. RI-001 membawa empat penumpang, saudagar Aceh yang akan merintis hubungan dagang dengan luar negeri.
Sayangnya, Seulawah tidak bisa pulang ke Indonesia karena Belanda melancarkan Agresi Militer ke-2 pada Desember 1948 dengan menyerbu Bandara Maguwo dan berhasil menduduki Jogja. Berhubung berkecamuknya perang menghadapi Agresi Militer Belanda II dan tidak memungkinkannya kembali ke Indonesia, mereka bersepakat untuk mengoperasikan pesawat di luar negeri melalui penerbangan komersial.
Awalnya, penerbangan komersial ini direncanakan di India. Namun karena sudah ada perusahaan penerbangan India Nation Airline (INA) yang melayani penerbangan dalam negerinya, perhatian dialihkan ke Burma. Untuk bisa beroperasi di Burma, RI-001 harus dalam bentuk perusahaan penerbangan atau airlines.
Pesawat Pertama Indonesian Airways, pesawat DC3 Ini beregistrasi RI001. foto: Instagram @fariskyy12
Atas prakarsa Opsir Udara II Wiweko Supeno dan bantuan Marjuni (perwakilan RI di Burma), didirikanlah sebuah perusahaan penerbangan niaga (airlines) dengan nama “Indonesian Airways” yang berpangkalan di Rangoon (ibu kota Burma saat itu) pada 26 Januari 1949. Indonesian Airways berdiri lewat modal utama satu pesawat RI-001 Seulawah.
Personel mereka saat itu antara lain, J.H. Maupin (pilot), Alan Ladmore, dan Caesselbery (juru mesin) dibantu oleh tenaga Indonesia, Opsir Udara III Wiweko Supomo, Opsir Udara II Sutardjo Sigit, dan Opsir Udara Sudarjono. Pada 26 Januari 1949, Indonesian Airways sudah berada di Bandara Mingladon, Burma, berjajar di antara perusahaan penerbangan lainnya. Pada hari itu juga RI-001 melaksanakan penerbangan pertamanya sebagai pesawat komersial.
Dalam mendukung penerbangan di Burma, Indonesia Airways mendirikan Stasiun Radio di Rangoon yang dipimpin oleh Opsir Muda Udara II Soemarno. Keberadaan stasiun ini memungkinkan perencanaan dan pelaksanaan penerobosan blokade ke Aceh.
Hampir semua wilayah Burma telah dijelajahi dan didarati oleh pesawat RI-001 Seulawah, baik untuk keperluan niaga maupun keperluan pemerintah dan militer. Pesawat RI-001 menjadi pelopor penerbangan sipil nasional, karena dengan pesawat inilah Indonesia Airways beroperasi di Burma.
Dana yang diperoleh dari operasi penerbangan di Burma ini digunakan untuk membiayai kadet-kadet udara yang belajar di India dan Filipina. Selain itu, hasil operasi RI-001 dapat membeli beberapa pesawat Dakota lainnya yang diberi nomor registrasi RI-007 dan mencharter pesawat RI-009. Sepak terjang Indonesia Airways harus berakhir setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Personel mereka saat itu antara lain, J.H. Maupin (pilot), Alan Ladmore, dan Caesselbery (juru mesin) dibantu oleh tenaga Indonesia, Opsir Udara III Wiweko Supomo, Opsir Udara II Sutardjo Sigit, dan Opsir Udara Sudarjono. Pada 26 Januari 1949, Indonesian Airways sudah berada di Bandara Mingladon, Burma, berjajar di antara perusahaan penerbangan lainnya. Pada hari itu juga RI-001 melaksanakan penerbangan pertamanya sebagai pesawat komersial.
Dalam mendukung penerbangan di Burma, Indonesia Airways mendirikan Stasiun Radio di Rangoon yang dipimpin oleh Opsir Muda Udara II Soemarno. Keberadaan stasiun ini memungkinkan perencanaan dan pelaksanaan penerobosan blokade ke Aceh.
Hampir semua wilayah Burma telah dijelajahi dan didarati oleh pesawat RI-001 Seulawah, baik untuk keperluan niaga maupun keperluan pemerintah dan militer. Pesawat RI-001 menjadi pelopor penerbangan sipil nasional, karena dengan pesawat inilah Indonesia Airways beroperasi di Burma.
Dana yang diperoleh dari operasi penerbangan di Burma ini digunakan untuk membiayai kadet-kadet udara yang belajar di India dan Filipina. Selain itu, hasil operasi RI-001 dapat membeli beberapa pesawat Dakota lainnya yang diberi nomor registrasi RI-007 dan mencharter pesawat RI-009. Sepak terjang Indonesia Airways harus berakhir setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Usai pengakuan kedaulatan oleh Belanda dan pemulihan kekuasaan Pemerintah RI, perubahan organisasi dan personel di lingkungan AURI pun dilakukan. Indonesian Airways dilikuidasi dan semua kegiatan di wilayah Burma dihentikan.
Setelah tidak beroperasi sebagai pesawat komersial Indonesia Airways, pesawat RI-001 Seulawah ditaruh di Pangkalan Udara (PU) Andir Bandung, Jawa Barat. Di Andir, pesawat tersebut digunakan untuk “joy flight”. Setelah tidak digunakan lagi pada awal 1950, pesawat RI-001 diserahkan ke bagian teknik dan diparkir di ujung landasan sebelah barat PU Andir.
Sekarang ini sudah ada banyak maskapai penerbangan Indonesia seperti maskapai penumpang, kargo, dan maskapai penerbangan internasional. Nama maskapai penerbangan di Indonesia khusus penumpang tentu sudah tidak asing lagi di telinga, bahkan mungkin pernah digunakan oleh masyarakat untuk sarana berpergian.
Berikut daftar 23 nama maskapai penerbangan Indonesia khusus penumpang yang masih beroperasi, dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Garuda Indonesia
Trigana Air Service
Pelita Air Indonesia
AirAsia
Lion Air
Wings Abadi Airlines
Tri-mg Airlines
Nusantara Air
Indonesia Air
Sriwijaya Air
Kalstrat Aviation
PT Travel Express Aviation Services atau Express Air
Asialink
My Indo Airlines
Jayawijaya Dirgantara
Citilink
TransNusa Aviation Mandiri
Batik Air
Indonesia Air Asia Extra
NAM Air Cardig Air
PT Super Air Jet
PT Raffles Global Angkasa atau RGA.
Setelah tidak beroperasi sebagai pesawat komersial Indonesia Airways, pesawat RI-001 Seulawah ditaruh di Pangkalan Udara (PU) Andir Bandung, Jawa Barat. Di Andir, pesawat tersebut digunakan untuk “joy flight”. Setelah tidak digunakan lagi pada awal 1950, pesawat RI-001 diserahkan ke bagian teknik dan diparkir di ujung landasan sebelah barat PU Andir.
Sekarang ini sudah ada banyak maskapai penerbangan Indonesia seperti maskapai penumpang, kargo, dan maskapai penerbangan internasional. Nama maskapai penerbangan di Indonesia khusus penumpang tentu sudah tidak asing lagi di telinga, bahkan mungkin pernah digunakan oleh masyarakat untuk sarana berpergian.
Berikut daftar 23 nama maskapai penerbangan Indonesia khusus penumpang yang masih beroperasi, dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Garuda Indonesia
Trigana Air Service
Pelita Air Indonesia
AirAsia
Lion Air
Wings Abadi Airlines
Tri-mg Airlines
Nusantara Air
Indonesia Air
Sriwijaya Air
Kalstrat Aviation
PT Travel Express Aviation Services atau Express Air
Asialink
My Indo Airlines
Jayawijaya Dirgantara
Citilink
TransNusa Aviation Mandiri
Batik Air
Indonesia Air Asia Extra
NAM Air Cardig Air
PT Super Air Jet
PT Raffles Global Angkasa atau RGA.
Batavia Air
Adam Air
Jatayu Airlines
Indonesia Airlines
Bali Air
Bauraq Indonesia Airlines
Mandala Airlines / Tiger Airlines Mandala
Sempati Air
Merpati Airlines
Adam Air
Jatayu Airlines
Indonesia Airlines
Bali Air
Bauraq Indonesia Airlines
Mandala Airlines / Tiger Airlines Mandala
Sempati Air
Merpati Airlines
Sumber : Liputan6
Ga mudeng gua. Setelah dibeli pesawat Airways tidak dibawa ke Indonesia kah? Kalau dibawa ke Indonesia takut diserang Belanda? Jadi di parkir di India dan Pilipina saja kah?
ReplyDeleteBtw maskspai yg ini "Jayawijaya Dirgantara" milik Jaey Ningrat gan, masih ingat cerpen J-Phone kan? 🤣
Karna konflik perang Huu... Jadi pembuatannya diluar Indonesia, tetapi bandaranya ada di Burma dan tujuannya tetap khusus ke Indonesia. Karena dulu di Negara kita cuma ada kebon doang jadi belum punya landasan.🤣🤣🤣
DeleteOh! Kalau maskapai milik Jhaey Triliuner mah selalu abadi tanpa mengalami krisis. Kecepatannya juga setara dengan F16.😁😁
Happy new year huu 😅
DeleteHappy new year kok tanggal 9 Januari, bukannya tanggal 1 kang.😁
DeleteLebih baru 9 januari daripada 1 januari mas 🤣
Deletebelum ada ultraman brarti ya jaman dulu hehe
ReplyDeleteBelum mas yang ada baru susu ultra..🤣🤣
Deleteultramilk kang
ReplyDeletemantap saya juga baca di tribun beberapa waktu lalu
ReplyDeleteselamat tahun baru 2023
ReplyDeleteAyo huu bikin posting untuk 2023 😅
ReplyDeleteAyo huu cpt bikin bentar lagi 2024 🤣
DeleteBentar lagi 2024, sdh dekat pemilu, eh bkn pemilu tapi blm posting 🤣
Deleteoh, baru tahu.....
ReplyDeletethanks for sharing
Jadi tahu kan ini, terima kasih lho ini sharing ya ... Manfaat BW ya begini ini, (+)
ReplyDelete