Monday 28 February 2022

Firasat Kematian



Invasi Rusia ke Ukraina kian menjadi, rocket serta peluru kendali silih berganti meluncur menghancurkan apa saja yang ada didepan mata. Didaerah perbatasan Ukraina, nampak tank-tank pasukan Rusia, serta kendaraan lapis baja lainnya mulai berdatangan mendekati perbukitan yang ada dinegara Ukraina.

Ditempat yang berbeda disebuah pinggiran kota Kiev, nampak Cafe makanan dan minuman yang luput dari serangan tentara Rusia, nampak tetap buka meski wajah-wajah pengunjung disana penuh dengan ketegangan. Jika sebagian penduduk kota telah mengungsi, namun ada beberapa tempat dan segilintir orang yang bertahan. Semua demi kemanusian dan membeci dengan yang namanya perang.

Didalam sebuah Cafe sang pemilik yang bernama Jaey Brown nampak sangat begitu resah. Invasi Rusia ke Ukraina membuat dirinya ingin sekali rasa pergi jauh meninggalkan Eropa timur. Pria kelahiran Moskow Rusia itu, yang lebih memilih menetap di Ukraina sejak dirinya masih kanak-kanak sangat membenci yang namanya perang ataupun pertikaian. Meski ayahnya seorang veteran tentara Soviet, namun jiwa itu tak menurunkan kepadanya. Jaey nampak lebih suka dengan dunia bisnis serta kisah sejarah setiap negara atau sebuah kota. Dalam hal ini Jaey pun tidak membela siapa-siapa. Bahkan kini dirinya tak tahu lagi harus berbuat apa dengan Cafe yang ia miliki. Meski masih banyak pembeli dimasa peperangan namun bagi Jaey keadaan kota Kiev tetap tak nyaman lagi bagi dirinya dan asistennya.

Blleeeeggggaaaaarrrrrrr!!! Sebuah rocket kembali menghantam kota Kiev, entah apa yang dihantam oleh rocket tersebut, gedung atau pusat pertokoan Jaeypun nampak tidak perduli. Sebagian tentara Ukraina nampak mencari tahu dimana rocket itu jatuh dan bersiap siaga, para tentara itupun segera meninggalkan Cafe yang dikelola oleh Jaey Brown, berbarengan dengan hal itu Jaey dikejutkan dengan kehadiran seseorang pria bertopi.

Pria pemilik wajah itu melempar senyum dari radius sepelepasan anak panah dan Jaey Brown makin yakin dia orang yang sama. Buru-buru Jaey membereskan meja, mengemasi uang receh di balik kain penutup meja, lalu berbisik kepada pembantunya, Khanif Lens untuk segera turut berkemas. Namun, rupanya pria pemilik wajah sudah terlampau dekat untuk dia hindari dan bahkan kini berdiri tepat di depan meja dagangan Jaey Brown. Suara peperangan tetap gaduh, tetapi baik Jaey dan pria tersebut nampak tak memperdulikan semuanya.

“Hari masih terlampau siang untuk beberes. Adakah yang mendesakmu untuk segera pergi dari Cafe ini?”... Sapa pria itu sembari menghias wajahnya dengan seulas senyum.

Ah, Jaey mengenali suara khas ini. Suara sedikit bariton dengan aksen sangau yang selalu mengingatkannya kepada tokoh-tokoh penuh dendam dalam film laga. Jaey kembali terpaku karena bingung harus merespons seperti apa atas pertanyaan pria yang begitu dikenalnya, tetapi tak ia ketahui namanya itu.

Jaey masih mematung dengan tatapan seperti pria lajang yang sedang menggaruk selangkangan dan kepergok gadis idamannya yang bernama Amanda.

“Halah, santai saja. Kau ingat aku, ya?”

“Iya, iya,” jawab Jaey gugup.

“Apa kabarmu hari ini?”

“Aku baik-baik saja"... Jaey mulai bisa menguasai diri.

“Syukurlah.”

“Kenapa kamu datang sekarang? Apakah sudah waktunya? Setahuku masih lama. Bahkan lama sekali.”

“Sudah aku bilang, santai saja. Perjanjian kita aman.”

“Kamu sering menemuiku, tetapi aku tak pernah tahu namamu.”

“Ha… ha… ha… Berapa banyak wajah yang kau simpan dalam ingatan, kau ingat dengan baik, tapi kau lupa namanya? Banyak sekali. Untuk apa aku memberi nama diriku untukmu jika kelak kau akan melupakannya.”

“Kalau begitu, aku memanggilmu apa?”

“Biasanya, orang yang memanggilku hanyalah mereka yang putus asa dengan segala kekalutan di dunia. Apakah kau sehancur itu kelak?”

“Aku tak pernah tahu masa depanku. Tapi, aku perlu tahu namamu untuk memudahkan menuliskan cerita hidupku.”

“Aku, sih, yakin kau masih punya cukup waktu untuk menulis banyak cerita. Tapi aku tak yakin kau akan mengingat namaku meskipun berulang aku sebutkan.”

“Kamu terlalu berbelit untuk urusan sesepele menyebutkan nama.”

“Ha… ha… ha… Aku senang kau makin berani berdiskusi, tak seperti pada pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, kau selalu gemetaran. Aku Hermany Moors. Panggil saja aku Mans.”

Pria itu membalikkan badan, mengangkat telapak tangan kanan sejajar kepala sebagai tanda perpisahan. Tatapannya berserobok dengan Khanif Lens yang sibuk hilir mudik mengemasi dagangan Jaey Brown.

Khanif Lens masih belum paham betul alasan majikannya meminta dia berkemas dan membawa seluruh tabungannya. Dia hanya tahu hendak pergi jauh, sejauh mungkin dari tempatnya tinggal sekarang yang sedang dilanda perang.

“Kita akan menyeberangi lautan jauh ke selatan.”

“Ke mana, persisnya, Tuan?”

“Ke Nauru.”

“Di mana itu?”

“Negara kecil yang indah dan damai, di dekat Australia. Kamu tidak akan menyesal meskipun seandainya harus mati di sana.”

“Mengapa Tuan menyebut-nyebut kematian? Bukankah kita hendak bersenang-senang?”

“Benar. Kamu benar. Maafkan aku. Kita akan bersenang-senang.”

Sepanjang perjalanan menuju Nauru, Jaey Brown berkisah tentang mimpi-mimpinya. Hampir sepekan sekali dia bermimpi bertemu Mans. Mimpinya bisa berubah tempat dan waktu. Kadang Jaey bermimpi tengah berada di tengah gurun pasir didera kehausan yang amat sangat, lalu Mans datang entah dari mana dengan membawa setangkup air. Seketika Jaey merasa hidup kembali. Di lain mimpi, Jaey berada di tengah laut terombang-ambing gelombang samudra berselimut kabut yang seolah siap menelannya. Jaey yang hanya berpedoman pada sebatang pohon pisang merasa hidupnya tak lama lagi. Lalu, dari balik kabut samudra yang misterius itu muncul sampan dengan seorang pria yang sekuat tenaga mendayungnya. Dialah Mans... Mans kemudian menarik tangan Jaey dan membawanya ke tepi pantai bermandi sinar matahari yang berderet beragam pohon berbuah tak jauh dari sana.

“Setiap bermimpi bertemu Mans, bisa dibilang selalu berakhir indah.”

“Lalu kenapa kita harus menghindarinya?” tanya Khanif Lens heran.

“Dalam setiap mimpi itu, Mans selalu berpesan bahwa tugas dia adalah mengawal dan mencabut nyawaku. Tapi, dia tidak pernah memberi tahu kapan dan di mana tugas itu akan dia tunaikan.”

Mendengar itu Knanif Lens nampak bergidik.

“Dia juga pernah berpesan bahwa jika suatu hari aku melihatnya di dunia ini, berarti akan ada nyawa yang hilang"... Lanjut Jaey.

Khanif Lens menelan ludah dan wajahnya seketika masygul. Dia membetulkan tempat duduk lalu pandangannya menerawang membayangkan banyak hal ngeri.


~ 🏹🗡🪓🚤🚤🏹🗡 ~


Di Nauru, Jaey dan Khanif mudah sekali menemukan tempat dan hidup layak. Dengan modal hasil bekerja di negaranya dulu, sangat cukup untuk membuka usaha baru di Nauru. Kelihaian mereka berdagang menjadi keterampilan langka di sana karena warga Nauru terbiasa hidup enak dengan penghasilan memadai dari tambang. Jaey dan Khanif bahagia bisa ikut menikmati kehidupan yang nyaman dan aman itu. Mereka bahkan berhasil membeli kedai kecil di pusat perbelanjaan. Apalagi alam Nauru sungguh elok. Jauh lebih elok dari negerinya yang gersang dan kerap terjadi bentrok dalam hal politik. Jaey dan Khanif merasa lari dari neraka dan menemukan surga. Berbulan-bulan mereka menikmati hidup tenang dan mapan. Namun, hidup tak pernah selamanya baik-baik saja, selalu ada hal-hal yang membuat khawatir dan akhirnya merusak ketenangan.

Pagi baru datang membawa angin semilir dan sinar lembut dari timur. Khanif Lens baru saja membuka kedai ketika desir angin membelai wajahnya. Matanya memicing disapa sinar matahari. Beberapa menit kemudian Jaey datang membawa dua bungkus roti untuk sarapan. Sembari menunggu pelanggan, mereka menikmati pagi dengan roti dan secangkir kopi. Menjelang suapan terakhir, Jaey mematung. Sisa roti yang dia pegang membeku di depan mulut. Matanya memandang lurus ke arah matahari terbit. Di kejauhan sana, terlihat siluet seorang pria berjalan mendekat. Jaey tahu, itu Mans.

“Ada urusan apa kamu ke sini?” todong Jaey Brown begitu Mans masuk kedainya.

"Urusanku banyak. Salah satunya memastikan kau baik-baik saja"... Balas Mans sembari menarik kursi dan duduk tanpa menunggu dipersilakan.

“Apa ini berarti waktuku sudah dekat?”

“Bukan hakku untuk memberi tahu.”

“Paling tidak, tolong kasih tahu aku jika memang ini belum waktuku.”

“Maaf, kawan. Bukan begitu cara kerjanya.”

Meskipun nada bicara Mans amat santun dan lembut, tetap saja itu mengguncang ketenangan Jaey. Kehadiran Mans selalu merujuk kepada ingatan tentang kematian. Itulah yang mendorong dia mengajak Khanif Lens pindah jauh ke timur meninggalkan Nauru. Khanif sempat menolak lantaran sudah terlalu nyaman di Nauru.

“Tuan, kenapa kita harus lari lagi? Lagi pula, apakah kita memang bisa lari dari kematian?”

“Selama kita menjauh dari Mans, selama itu pula kita selamat,” jawab Jaey sekenanya karena tak menduga mendapat pertanyaan itu dari Khanif.

“Jangan-jangan dia juga akan mengikuti kita di tempat baru nanti.”

“Aku sudah mencari tahu dan menemukan tempat yang ramai. Semoga Mans kesulitan menemukan kita.”

“Baiklah, saya ikut saja. Saya malah senang bisa keliling dunia ketempat-tempat indah.”

Setelah menempuh berbulan-bulan perjalanan dengan kapal laut, sampailah mereka di sebuah pulau jawa Indonesia yang bernama selat sunda, mereka mendarat dipelabuhan ratu Sukabumi. Kota ini amat ramai baik siang maupun malam. Penduduk kota seolah tak pernah libur. Jaey sengaja memilih kota ini dengan maksud mengecoh Mans agar dia kesulitan menemukannya di tengah jutaan orang. Tiga bulan, lima bulan, tujuh bulan, sembilan bulan setengah, hidup mereka baik-baik saja. Mereka membuka kedai makan dengan menu khas bebek panggang. Di sebelah kedai mereka, berdiri kedai buah. Kali ini musim durian, tapi bukan sembarang durian. Durian langka yang hanya ada di pegunungan daerah situ saja.

Khanif Lens tergoda oleh aroma harumnya. Ia menunjuk durian seukuran kepala bocah. Pemilik kedai membantu membukanya dan segera menguar aroma wangi begitu terlihat buah kuning tembaga. Khanif segera mencolek buah lembek itu dan meletakkannya di ujung lidah. Tanpa sadar matanya terpejam mencecap sensasi rasa yang baru kali ini dia temukan. Seperti tapai, tapi jauh lebih manis, lebih gurih, dan lebih lembut. Khanif mencolek lagi dan sekali-kali membiarkan buah itu diam beberapa saat di tengah lidahnya yang dia kurung dalam mulut mengatup. Hidungnya menangkap aroma wangi tiada tara. Seketika itu Khanif menyimpulkan inilah buah paling nikmat yang pernah dia rasakan.

"Menikmati durian itu paling top dengan mengambil serta bersama bijinya lalu mencomotnya perlahan".... Saran penjual durian.

“Begitukah?”

“Coba saja. Bila memungkinkan, bisa sekalian mengulum bijinya sampai bersih.”

Khanif Lens mencoba kedua cara itu. Benar Durian berlemak itu begitu nikmat memenuhi mulut. Lalu dia mengulum biji durian itu, tapi pemilik kedai rupanya lupa bahwa untuk mengulum biji durian butuh keahlian tertentu. Bila tidak, bisa berakhir celaka seperti Khanif saat ini, matanya melotot dan kesulitan bernapas. Tampaknya dia tersedak biji durian. Pemilik kedai segara bangkit dan memeluk Khanif dari belakang lalu menyentakkan dekapannya dengan tujuan menghasilkan dorongan dari rongga perut agar biji itu segera keluar dari kerongkongan. Akan tetapi semua itu gagal.

Khanif memegangi lehernya dengan wajah memerah, lalu membiru dan mata kian melotot. Jaey yang ikut panik melihat itu segera membantunya dengan segala cara, termasuk cara-cara yang tidak pernah dia ketahui. Dia masukkan jemarinya ke dalam kerongkongan Khanif mencoba menarik biji durian yang terlihat sebagian itu. Sial. Biji itu justru melesak masuk. Pemilik kedai durian tak memperhitungkan jika ukuran biji durian itu terlampau besar untuk rongga kerongkongan Khanif. Dia lupa untuk memberi tahu agar Khanif mencoba buah yang kecil atau sedang saja. Dan semuanya telah terlambat.

“Biarkan saja. Sia-sia kalian menolongnya.”... Tiba-tiba terdengar suara yang sangat akrab di telinga Jaey.

Entah sejak kapan Mans berdiri sembari menyandarkan bahu kirinya ke pintu kedai dan kaki kanannya menyilang bertumpu pada kaki kiri sambil bersedekap. Senyumnya tengil seperti penjudi yang baru saja menang taruhan.

“Jangan berdiri saja di situ. Bantu diiaa!!" Hardik Jaey.

"Tak ada gunanya"... Kata Mans sembari melangkah pelan.

Khanif Lens meregang nyawa lalu lemas tanpa tanda-tanda kehidupan. Jaey Brown masih kebingungan menyaksikan peristiwa yang singkat itu. Sebaliknya, Mans tetap tersenyum cerah dan berkata.

“Satu tugasku sudah selesai.”

“Apa maksudmu?”

“Sesuai perjanjian, ia memang harus mati di sini, saat menyantap buah paling nikmat di dunia.”

“Jadi, yang selama ini kamu incar bukan aku?”

“Siapa bilang aku mengincar kau?”

Jaey Brown mematung, mungkinkah ia kembali ke negaranya...Atau menetap di Indonesia selamanya.



~THE~END ~
.

Labels:

Wednesday 23 February 2022

Cerita Gemblung



Haloo!! Gaes, santai siang dulu kite nih kali ini saya dapat cerita gemblung dari teman wanita saya, yang katanya Gemblung juga.🤣 🤣 🤣 Ok dari pada bingung mending kita baca saja cerita dibawah ini.👇👇

KISAH SEDIH ISTERI 😥😥

Suami : "Ma, lagi ngapain ??"

Isteri : "Lagi baca buku".

Suami : "Koq nangis, Ma??"

Isteri : "Iya Pa, karena endingnya sedih sekali".

Suami : "Hhhh... emang buku apaan ??"

Isteri : "BUKU TABUNGAN".😂😂😂😭😭🏃💨


➖➖➖➖➖➖➖➖


KISAH SEDIH SUAMINYA😥😥

Isteri : "Papa lagi ngapain ??"

Suami : "Lagi baca buku"...😢😢

Isteri : "Kok sedih, Pa ??"

Suami : "Iya, Ma, karena gak ada masa berlakunya".

Isteri : "Emang buku apa paaa.... yang dibaca kok cari masa berlakunya??"

Suami : "Buku nikah", padahal kalau SIM ada masa berlakunya. KTP ada masa berlakunya kok surat nikah ga ada masa berlakunya yaa...?

Isteri : "Merene, Mas tak parut cangkemmu...!!!" 😡😡👊👊🔨🔨🔌🔌🏃💨



BELUM TAMAT (20 tahun kemudian)



CERPEN KE DUA.

Nenek jatuh sakit, lalu sama kakek dibawa ke dokter.

Dokter : "Siapa yang sakit, kek...?"

Kakek : "Ini nenek yang sakit, Dok".

Dokter : "Saya dokter hewan, kek bukan dokter umum".

Kakek : "Gak apa dok, periksa aja... dulunya nenek ini Kupu-kupu Malam..." 😳😜



~BELUM TAMAT~



CERPEN KE TIGA


Giliran kakek yang sakit, sama nenek dibawa ke dokter hewan yang sama Hehehe... 😬😬 Langsung ditanya oleh dokter.


Dokter : "Kenapa kakek dibawa ke sini, Nek...?? Saya kan dokter hewan."

Sambil cuek bebek si Nenek bilang: "Gak apa periksa aja Dokter, dulu si kakek ini Buaya Darat😜😀😀😀


Heeeheee!😁 Canda siang menjelang sore dari pada ngelamun-ngelamun nanti Kesurupan mending bawa santai dulu gaes.🤣 🤣 🤣 🤣 🤣






~THANK~YOU~

Labels:

Wednesday 9 February 2022

Ternyata Banyak Teman Punya Pengaruh Terhadap Mental & Jiwa Kita



'Teman-teman-teman, didepan teman balik kebelakang akhirnya dia nikam'...Mungkin pepatah seperti itu pernah anda dengar, atau mungkin pernah mengalami dikhianati oleh seorang teman. Yaa, sudah bukan hal aneh lagi hal seperti itu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam kehidupan sosial atau bersosialisasi terhadap lingkungan dimana tempat kita tinggal, memang sangat diperlukan. Karena jika tidak kita pasti akan dianggap orang Kuper ( Kurang Pergaulan ) Meski seringnya kita bergaul dan banyak teman, tetap saja akan selalu ada gosip dan selalu tak luput dari gunjingan orang.

Nah. Jadi dalam kehidupan sehari-hari ada banyak teman atau sedikit teman, tetap saja yang namanya manusia selalu tak luput dari yang namanya gosip atau omongan dari orang lain. Tetapi terkadang kita sebagai manusia sering kali merasa resah serta kesepian jika tak mempunyai teman. Dan jika punya teman banyak kitapun belum tentu mampu membuat teman-teman kita bahagia bersama kita dalam satu lingkup lingkungan atau acara perkumpulan lainnya.

Dalam hal ini mungkin kita diperlukan ketegasan dalam kehidupan yang kita jalani untuk tidak selalu berlebihan dalam hal berteman. Karena percaya atau tidak menurut penelitian banyak teman dimana-mana akan berpengaruh terhadap mental dan jiwa kita.




Para ahli mengatakan bahwa memiliki terlalu banyak teman mungkin berbahaya bagi kesehatan mental kita dan ada hubungan yang melibatkan kecemasan dan Depresi.

Memiliki satu teman yang solid dan dapat dipercaya yang percaya, dan berbagi tujuan untuk keyakinan kita, jauh lebih baik dari pada dikelilingi oleh orang-orang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Berikut 5 dibawah ini jika kita punya banyak teman berlebih serta resikonya.


1. Teman Tidak Selalu Mengenal Anda Dengan Baik


Mengenal banyak orang dapat membantu dan kenalan yang tepercaya adalah penting. Namun, Anda tidak harus berteman hanya karena bergaul dengan seseorang.

Teman membuat Anda menjadi orang yang lebih baik. Mereka membantu Anda dalam pengembangan Anda sendiri, dan Anda membantu mereka dengan cara yang sama. Ini adalah kesepakatan bersama yang tak terucapkan yang Anda berdua bagikan dan pahami sepenuhnya.


2. Terkadang Pertemanan Itu Palsu


Tidak ada persahabatan yang layak mempertaruhkan kesehatan mental Anda. Namun, sangat penting untuk menjaga kesehatan emosional Anda. Menetapkan siapa orang-orang di lingkaran dalam Anda sangat penting untuk mengurangi daftar teman sejati Anda.

Namun, mereka yang Anda yakini sebagai teman Anda mungkin berubah menjadi " musuh" Anda. Jenis teman seperti ini mungkin tampak ingin Anda sukses di permukaan, tetapi sebenarnya, mereka akan membicarakan Anda dan iri dengan pencapaian Anda di belakang Anda.

Banyak orang yang bisa berubah menjadi frenemies-semakin banyak orang yang terlibat dengan Anda, semakin besar kemungkinan mereka akan menjadi teman palsu.


3. Banyak Teman Juga Bisa Membuat Anda Kesepian


Jika Anda percaya bahwa Anda memiliki banyak teman dalam hidup Anda, Anda mungkin hanya memiliki terlalu banyak kenalan dan itu hanya membuat Anda kesepian.

Kesepian tidak selalu merupakan hasil dari kesendirian, tetapi lebih sering merupakan hasil dari dikelilingi oleh orang-orang yang tidak Anda habiskan dengan apa yang disebut "waktu berkualitas". Terlepas dari seberapa dekat teman Anda dengan Anda atau seberapa besar mereka peduli pada Anda, mereka mungkin tidak selalu memahami apa yang Anda alami.

Ketika berbicara tentang persahabatan jangka panjang, sangat penting untuk menetapkan batasan. Dengan menerima mereka, kita mencapai 2 tujuan: kita menyingkirkan orang yang tidak kita butuhkan dan kita berhenti merasa kesepian. Akibatnya, teman-teman Anda yang tersisa sama setianya kepada Anda seperti halnya Anda kepada mereka.


4. Anda Akan Terus-Menerus Ditekan Untuk Memenuhi Harapan Orang Lain


Kata-Kata Sindiran Pedas untuk orang sombong stres dan ekspektasi mungkin timbul dari beberapa faktor, biasanya dari orang-orang yang mungkin menyebabkan ketegangan dan kecemasan.

Untuk diakui sebagai “teman”, kebanyakan orang mengharapkan Anda ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik melalui pertemuan, panggilan telepon, atau pesan teks. Namun, banyak dari mereka akhirnya kehilangan minat untuk mempertahankan hubungan mereka.

Persahabatan memerlukan beberapa tugas dan harapan yang melekat. Orang yang memiliki banyak teman, khususnya, mungkin merasa sulit untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Mempertahankan sekelompok teman mengurangi sumber daya sosial Anda yang berharga, membuat Anda kurang bisa menjadi teman yang baik.


5. Anda Mempunyai Waktu Lebih Sedikit Untuk Diri Sendiri


Terlalu bermasalah jika Anda memiliki banyak teman adalah kurangnya satu aspek penting: keseimbangan. Menemukan waktu untuk terlibat dengan teman-teman Anda mungkin sulit dengan jadwal sibuk semua orang. Jika Anda lebih peduli untuk menyenangkan mereka atau mengatur ulang agenda Anda untuk mengakomodasi mereka, persahabatan Anda mungkin menjadi menguras emosi atau fisik dan Anda akhirnya membiarkan diri Anda tenggelam.

Menciptakan kehidupan yang terpisah dari teman-teman Anda adalah bagian penting dari pertumbuhan pribadi. Ketika Anda memiliki sedikit kenalan, akan lebih mudah bagi Anda untuk menentukan prioritas Anda. Akibatnya, Anda akan lebih fokus pada pengembangan Anda sendiri. Mereka yang mencintai Anda akan menghormati batasan Anda dalam hal menghabiskan waktu sendirian.

Nah. Bagaimana dengan Anda yang telanjur mempunyai teman banyak? Ingin merubahnya, Baik apapun itu banyak teman atau tidak saya percaya tentunya Anda pasti punya cara tersendiri untuk mengatasi hal tersebut.



Sumber : Liputan6.com


~THANK~YOU~

Labels:

Testing