Monday 28 February 2022

Firasat Kematian



Invasi Rusia ke Ukraina kian menjadi, rocket serta peluru kendali silih berganti meluncur menghancurkan apa saja yang ada didepan mata. Didaerah perbatasan Ukraina, nampak tank-tank pasukan Rusia, serta kendaraan lapis baja lainnya mulai berdatangan mendekati perbukitan yang ada dinegara Ukraina.

Ditempat yang berbeda disebuah pinggiran kota Kiev, nampak Cafe makanan dan minuman yang luput dari serangan tentara Rusia, nampak tetap buka meski wajah-wajah pengunjung disana penuh dengan ketegangan. Jika sebagian penduduk kota telah mengungsi, namun ada beberapa tempat dan segilintir orang yang bertahan. Semua demi kemanusian dan membeci dengan yang namanya perang.

Didalam sebuah Cafe sang pemilik yang bernama Jaey Brown nampak sangat begitu resah. Invasi Rusia ke Ukraina membuat dirinya ingin sekali rasa pergi jauh meninggalkan Eropa timur. Pria kelahiran Moskow Rusia itu, yang lebih memilih menetap di Ukraina sejak dirinya masih kanak-kanak sangat membenci yang namanya perang ataupun pertikaian. Meski ayahnya seorang veteran tentara Soviet, namun jiwa itu tak menurunkan kepadanya. Jaey nampak lebih suka dengan dunia bisnis serta kisah sejarah setiap negara atau sebuah kota. Dalam hal ini Jaey pun tidak membela siapa-siapa. Bahkan kini dirinya tak tahu lagi harus berbuat apa dengan Cafe yang ia miliki. Meski masih banyak pembeli dimasa peperangan namun bagi Jaey keadaan kota Kiev tetap tak nyaman lagi bagi dirinya dan asistennya.

Blleeeeggggaaaaarrrrrrr!!! Sebuah rocket kembali menghantam kota Kiev, entah apa yang dihantam oleh rocket tersebut, gedung atau pusat pertokoan Jaeypun nampak tidak perduli. Sebagian tentara Ukraina nampak mencari tahu dimana rocket itu jatuh dan bersiap siaga, para tentara itupun segera meninggalkan Cafe yang dikelola oleh Jaey Brown, berbarengan dengan hal itu Jaey dikejutkan dengan kehadiran seseorang pria bertopi.

Pria pemilik wajah itu melempar senyum dari radius sepelepasan anak panah dan Jaey Brown makin yakin dia orang yang sama. Buru-buru Jaey membereskan meja, mengemasi uang receh di balik kain penutup meja, lalu berbisik kepada pembantunya, Khanif Lens untuk segera turut berkemas. Namun, rupanya pria pemilik wajah sudah terlampau dekat untuk dia hindari dan bahkan kini berdiri tepat di depan meja dagangan Jaey Brown. Suara peperangan tetap gaduh, tetapi baik Jaey dan pria tersebut nampak tak memperdulikan semuanya.

“Hari masih terlampau siang untuk beberes. Adakah yang mendesakmu untuk segera pergi dari Cafe ini?”... Sapa pria itu sembari menghias wajahnya dengan seulas senyum.

Ah, Jaey mengenali suara khas ini. Suara sedikit bariton dengan aksen sangau yang selalu mengingatkannya kepada tokoh-tokoh penuh dendam dalam film laga. Jaey kembali terpaku karena bingung harus merespons seperti apa atas pertanyaan pria yang begitu dikenalnya, tetapi tak ia ketahui namanya itu.

Jaey masih mematung dengan tatapan seperti pria lajang yang sedang menggaruk selangkangan dan kepergok gadis idamannya yang bernama Amanda.

“Halah, santai saja. Kau ingat aku, ya?”

“Iya, iya,” jawab Jaey gugup.

“Apa kabarmu hari ini?”

“Aku baik-baik saja"... Jaey mulai bisa menguasai diri.

“Syukurlah.”

“Kenapa kamu datang sekarang? Apakah sudah waktunya? Setahuku masih lama. Bahkan lama sekali.”

“Sudah aku bilang, santai saja. Perjanjian kita aman.”

“Kamu sering menemuiku, tetapi aku tak pernah tahu namamu.”

“Ha… ha… ha… Berapa banyak wajah yang kau simpan dalam ingatan, kau ingat dengan baik, tapi kau lupa namanya? Banyak sekali. Untuk apa aku memberi nama diriku untukmu jika kelak kau akan melupakannya.”

“Kalau begitu, aku memanggilmu apa?”

“Biasanya, orang yang memanggilku hanyalah mereka yang putus asa dengan segala kekalutan di dunia. Apakah kau sehancur itu kelak?”

“Aku tak pernah tahu masa depanku. Tapi, aku perlu tahu namamu untuk memudahkan menuliskan cerita hidupku.”

“Aku, sih, yakin kau masih punya cukup waktu untuk menulis banyak cerita. Tapi aku tak yakin kau akan mengingat namaku meskipun berulang aku sebutkan.”

“Kamu terlalu berbelit untuk urusan sesepele menyebutkan nama.”

“Ha… ha… ha… Aku senang kau makin berani berdiskusi, tak seperti pada pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, kau selalu gemetaran. Aku Hermany Moors. Panggil saja aku Mans.”

Pria itu membalikkan badan, mengangkat telapak tangan kanan sejajar kepala sebagai tanda perpisahan. Tatapannya berserobok dengan Khanif Lens yang sibuk hilir mudik mengemasi dagangan Jaey Brown.

Khanif Lens masih belum paham betul alasan majikannya meminta dia berkemas dan membawa seluruh tabungannya. Dia hanya tahu hendak pergi jauh, sejauh mungkin dari tempatnya tinggal sekarang yang sedang dilanda perang.

“Kita akan menyeberangi lautan jauh ke selatan.”

“Ke mana, persisnya, Tuan?”

“Ke Nauru.”

“Di mana itu?”

“Negara kecil yang indah dan damai, di dekat Australia. Kamu tidak akan menyesal meskipun seandainya harus mati di sana.”

“Mengapa Tuan menyebut-nyebut kematian? Bukankah kita hendak bersenang-senang?”

“Benar. Kamu benar. Maafkan aku. Kita akan bersenang-senang.”

Sepanjang perjalanan menuju Nauru, Jaey Brown berkisah tentang mimpi-mimpinya. Hampir sepekan sekali dia bermimpi bertemu Mans. Mimpinya bisa berubah tempat dan waktu. Kadang Jaey bermimpi tengah berada di tengah gurun pasir didera kehausan yang amat sangat, lalu Mans datang entah dari mana dengan membawa setangkup air. Seketika Jaey merasa hidup kembali. Di lain mimpi, Jaey berada di tengah laut terombang-ambing gelombang samudra berselimut kabut yang seolah siap menelannya. Jaey yang hanya berpedoman pada sebatang pohon pisang merasa hidupnya tak lama lagi. Lalu, dari balik kabut samudra yang misterius itu muncul sampan dengan seorang pria yang sekuat tenaga mendayungnya. Dialah Mans... Mans kemudian menarik tangan Jaey dan membawanya ke tepi pantai bermandi sinar matahari yang berderet beragam pohon berbuah tak jauh dari sana.

“Setiap bermimpi bertemu Mans, bisa dibilang selalu berakhir indah.”

“Lalu kenapa kita harus menghindarinya?” tanya Khanif Lens heran.

“Dalam setiap mimpi itu, Mans selalu berpesan bahwa tugas dia adalah mengawal dan mencabut nyawaku. Tapi, dia tidak pernah memberi tahu kapan dan di mana tugas itu akan dia tunaikan.”

Mendengar itu Knanif Lens nampak bergidik.

“Dia juga pernah berpesan bahwa jika suatu hari aku melihatnya di dunia ini, berarti akan ada nyawa yang hilang"... Lanjut Jaey.

Khanif Lens menelan ludah dan wajahnya seketika masygul. Dia membetulkan tempat duduk lalu pandangannya menerawang membayangkan banyak hal ngeri.


~ 🏹🗡🪓🚤🚤🏹🗡 ~


Di Nauru, Jaey dan Khanif mudah sekali menemukan tempat dan hidup layak. Dengan modal hasil bekerja di negaranya dulu, sangat cukup untuk membuka usaha baru di Nauru. Kelihaian mereka berdagang menjadi keterampilan langka di sana karena warga Nauru terbiasa hidup enak dengan penghasilan memadai dari tambang. Jaey dan Khanif bahagia bisa ikut menikmati kehidupan yang nyaman dan aman itu. Mereka bahkan berhasil membeli kedai kecil di pusat perbelanjaan. Apalagi alam Nauru sungguh elok. Jauh lebih elok dari negerinya yang gersang dan kerap terjadi bentrok dalam hal politik. Jaey dan Khanif merasa lari dari neraka dan menemukan surga. Berbulan-bulan mereka menikmati hidup tenang dan mapan. Namun, hidup tak pernah selamanya baik-baik saja, selalu ada hal-hal yang membuat khawatir dan akhirnya merusak ketenangan.

Pagi baru datang membawa angin semilir dan sinar lembut dari timur. Khanif Lens baru saja membuka kedai ketika desir angin membelai wajahnya. Matanya memicing disapa sinar matahari. Beberapa menit kemudian Jaey datang membawa dua bungkus roti untuk sarapan. Sembari menunggu pelanggan, mereka menikmati pagi dengan roti dan secangkir kopi. Menjelang suapan terakhir, Jaey mematung. Sisa roti yang dia pegang membeku di depan mulut. Matanya memandang lurus ke arah matahari terbit. Di kejauhan sana, terlihat siluet seorang pria berjalan mendekat. Jaey tahu, itu Mans.

“Ada urusan apa kamu ke sini?” todong Jaey Brown begitu Mans masuk kedainya.

"Urusanku banyak. Salah satunya memastikan kau baik-baik saja"... Balas Mans sembari menarik kursi dan duduk tanpa menunggu dipersilakan.

“Apa ini berarti waktuku sudah dekat?”

“Bukan hakku untuk memberi tahu.”

“Paling tidak, tolong kasih tahu aku jika memang ini belum waktuku.”

“Maaf, kawan. Bukan begitu cara kerjanya.”

Meskipun nada bicara Mans amat santun dan lembut, tetap saja itu mengguncang ketenangan Jaey. Kehadiran Mans selalu merujuk kepada ingatan tentang kematian. Itulah yang mendorong dia mengajak Khanif Lens pindah jauh ke timur meninggalkan Nauru. Khanif sempat menolak lantaran sudah terlalu nyaman di Nauru.

“Tuan, kenapa kita harus lari lagi? Lagi pula, apakah kita memang bisa lari dari kematian?”

“Selama kita menjauh dari Mans, selama itu pula kita selamat,” jawab Jaey sekenanya karena tak menduga mendapat pertanyaan itu dari Khanif.

“Jangan-jangan dia juga akan mengikuti kita di tempat baru nanti.”

“Aku sudah mencari tahu dan menemukan tempat yang ramai. Semoga Mans kesulitan menemukan kita.”

“Baiklah, saya ikut saja. Saya malah senang bisa keliling dunia ketempat-tempat indah.”

Setelah menempuh berbulan-bulan perjalanan dengan kapal laut, sampailah mereka di sebuah pulau jawa Indonesia yang bernama selat sunda, mereka mendarat dipelabuhan ratu Sukabumi. Kota ini amat ramai baik siang maupun malam. Penduduk kota seolah tak pernah libur. Jaey sengaja memilih kota ini dengan maksud mengecoh Mans agar dia kesulitan menemukannya di tengah jutaan orang. Tiga bulan, lima bulan, tujuh bulan, sembilan bulan setengah, hidup mereka baik-baik saja. Mereka membuka kedai makan dengan menu khas bebek panggang. Di sebelah kedai mereka, berdiri kedai buah. Kali ini musim durian, tapi bukan sembarang durian. Durian langka yang hanya ada di pegunungan daerah situ saja.

Khanif Lens tergoda oleh aroma harumnya. Ia menunjuk durian seukuran kepala bocah. Pemilik kedai membantu membukanya dan segera menguar aroma wangi begitu terlihat buah kuning tembaga. Khanif segera mencolek buah lembek itu dan meletakkannya di ujung lidah. Tanpa sadar matanya terpejam mencecap sensasi rasa yang baru kali ini dia temukan. Seperti tapai, tapi jauh lebih manis, lebih gurih, dan lebih lembut. Khanif mencolek lagi dan sekali-kali membiarkan buah itu diam beberapa saat di tengah lidahnya yang dia kurung dalam mulut mengatup. Hidungnya menangkap aroma wangi tiada tara. Seketika itu Khanif menyimpulkan inilah buah paling nikmat yang pernah dia rasakan.

"Menikmati durian itu paling top dengan mengambil serta bersama bijinya lalu mencomotnya perlahan".... Saran penjual durian.

“Begitukah?”

“Coba saja. Bila memungkinkan, bisa sekalian mengulum bijinya sampai bersih.”

Khanif Lens mencoba kedua cara itu. Benar Durian berlemak itu begitu nikmat memenuhi mulut. Lalu dia mengulum biji durian itu, tapi pemilik kedai rupanya lupa bahwa untuk mengulum biji durian butuh keahlian tertentu. Bila tidak, bisa berakhir celaka seperti Khanif saat ini, matanya melotot dan kesulitan bernapas. Tampaknya dia tersedak biji durian. Pemilik kedai segara bangkit dan memeluk Khanif dari belakang lalu menyentakkan dekapannya dengan tujuan menghasilkan dorongan dari rongga perut agar biji itu segera keluar dari kerongkongan. Akan tetapi semua itu gagal.

Khanif memegangi lehernya dengan wajah memerah, lalu membiru dan mata kian melotot. Jaey yang ikut panik melihat itu segera membantunya dengan segala cara, termasuk cara-cara yang tidak pernah dia ketahui. Dia masukkan jemarinya ke dalam kerongkongan Khanif mencoba menarik biji durian yang terlihat sebagian itu. Sial. Biji itu justru melesak masuk. Pemilik kedai durian tak memperhitungkan jika ukuran biji durian itu terlampau besar untuk rongga kerongkongan Khanif. Dia lupa untuk memberi tahu agar Khanif mencoba buah yang kecil atau sedang saja. Dan semuanya telah terlambat.

“Biarkan saja. Sia-sia kalian menolongnya.”... Tiba-tiba terdengar suara yang sangat akrab di telinga Jaey.

Entah sejak kapan Mans berdiri sembari menyandarkan bahu kirinya ke pintu kedai dan kaki kanannya menyilang bertumpu pada kaki kiri sambil bersedekap. Senyumnya tengil seperti penjudi yang baru saja menang taruhan.

“Jangan berdiri saja di situ. Bantu diiaa!!" Hardik Jaey.

"Tak ada gunanya"... Kata Mans sembari melangkah pelan.

Khanif Lens meregang nyawa lalu lemas tanpa tanda-tanda kehidupan. Jaey Brown masih kebingungan menyaksikan peristiwa yang singkat itu. Sebaliknya, Mans tetap tersenyum cerah dan berkata.

“Satu tugasku sudah selesai.”

“Apa maksudmu?”

“Sesuai perjanjian, ia memang harus mati di sini, saat menyantap buah paling nikmat di dunia.”

“Jadi, yang selama ini kamu incar bukan aku?”

“Siapa bilang aku mengincar kau?”

Jaey Brown mematung, mungkinkah ia kembali ke negaranya...Atau menetap di Indonesia selamanya.



~THE~END ~
.

Labels:

Wednesday 23 February 2022

Cerita Gemblung



Haloo!! Gaes, santai siang dulu kite nih kali ini saya dapat cerita gemblung dari teman wanita saya, yang katanya Gemblung juga.🤣 🤣 🤣 Ok dari pada bingung mending kita baca saja cerita dibawah ini.👇👇

KISAH SEDIH ISTERI 😥😥

Suami : "Ma, lagi ngapain ??"

Isteri : "Lagi baca buku".

Suami : "Koq nangis, Ma??"

Isteri : "Iya Pa, karena endingnya sedih sekali".

Suami : "Hhhh... emang buku apaan ??"

Isteri : "BUKU TABUNGAN".😂😂😂😭😭🏃💨


➖➖➖➖➖➖➖➖


KISAH SEDIH SUAMINYA😥😥

Isteri : "Papa lagi ngapain ??"

Suami : "Lagi baca buku"...😢😢

Isteri : "Kok sedih, Pa ??"

Suami : "Iya, Ma, karena gak ada masa berlakunya".

Isteri : "Emang buku apa paaa.... yang dibaca kok cari masa berlakunya??"

Suami : "Buku nikah", padahal kalau SIM ada masa berlakunya. KTP ada masa berlakunya kok surat nikah ga ada masa berlakunya yaa...?

Isteri : "Merene, Mas tak parut cangkemmu...!!!" 😡😡👊👊🔨🔨🔌🔌🏃💨



BELUM TAMAT (20 tahun kemudian)



CERPEN KE DUA.

Nenek jatuh sakit, lalu sama kakek dibawa ke dokter.

Dokter : "Siapa yang sakit, kek...?"

Kakek : "Ini nenek yang sakit, Dok".

Dokter : "Saya dokter hewan, kek bukan dokter umum".

Kakek : "Gak apa dok, periksa aja... dulunya nenek ini Kupu-kupu Malam..." 😳😜



~BELUM TAMAT~



CERPEN KE TIGA


Giliran kakek yang sakit, sama nenek dibawa ke dokter hewan yang sama Hehehe... 😬😬 Langsung ditanya oleh dokter.


Dokter : "Kenapa kakek dibawa ke sini, Nek...?? Saya kan dokter hewan."

Sambil cuek bebek si Nenek bilang: "Gak apa periksa aja Dokter, dulu si kakek ini Buaya Darat😜😀😀😀


Heeeheee!😁 Canda siang menjelang sore dari pada ngelamun-ngelamun nanti Kesurupan mending bawa santai dulu gaes.🤣 🤣 🤣 🤣 🤣






~THANK~YOU~

Labels:

Thursday 30 December 2021

Cerpen : Lukisan Pagi Kan Abadi



Cerita ini Hanya Fiktip & Bualan Belaka.

Pagi menyambut hari Jhaey nampak sedang merenungi diri membayangkan semua yang terjadi pada dirinya selama 9 tahun. Sejak ia diceraikan istrinya dan kini menduda. Rencananya hari ini ia akan menjumpai anak semata wayangnya yang selalu ia titipkan pada orang tuanya dikota Bandung...Sedangkan ia sendiri tinggal dikota Bogor yang berprofesi sebagai sopir taksi online. Sebagai orang tua yang sekaligus menjadi ibu dan ayah ia tak mau menelantarkan Kezza anak semata wayangnya yang masih seorang gadis kecil ikut bersamanya dikota Bogor. Karena sebagai sopir taksi online ia tak bisa selamanya terus mengawasi Kezza dengan benar. Sedangkan pekerjaan yang ia lakukan tak pernah ada kata hari libur jika ingin berpenghasilan lebih. Bahkan terkadang demi membiayai Kezza anaknya, Jhaey sering tak pulang kerumah, Atau pulang larut malam hingga pagi menjelang siang barulah ia kembali turun kejalan lagi.

Pagi terus merangkak naik, Jhaey masih terus hanyut dalam lamunan tingkat tingginya, Tanpa beranjak dari tempat duduknya. Ia selalu menikmati pagi dan selalu seperti pagi, Yang datang tepat waktu meski tanpa pernah berjanji menunggumu di sini. Tempat kita pernah sama-sama dulu dalam membangun sebuah janji ikatan suci. Tak pernah jemu. Selalu ada dan selalu menunggu. Meskipun akhirnya kau khianati sendiri.

Seperti pagi. Jhaey merasa akan selalu setia meski apa pun yang terjadi. Pernahkah kau mendengar pagi yang batal datang akibat hujan yang teramat deras atau tak mau menunggu karena langit dipenuhi mendung tebal? Meski tanpa cahaya, Pagi akan tetap datang. Jhaey akan selalu menunggu meski semua tak pasti. Disini diteras rumah idaman yang pernah ia bangun bersama sejak sembilan tahun silam...Sembilan tahun! Jadi, siapa yang rugi kalau ada yang masih meragukan kesetiaan seorang pagi yang masih tetap ada hingga sembilan tahun? Sekarang coba bayangkan juga andai pagi tak datang. Pasti akan kau dengar beragam keluhan dari anak semata wayangmu.

Aku akui kau memang bisa mencarikannya pengganti. Dengan seorang asisten rumah tangga misalnya, Atau dengan pagi yang lain. Tapi, Bisakah setiap hari dia tulus ikhlas membangunkannya, Membuatkan sarapan yang mereka sukai, Mencucikan baju-bajunya, Merapikan kamar mereka, Membuat nyaman saat mereka sakit, Selama sembilan tahun tanpa ada pamrih.

Asisten rumah tangga hanya akan bergerak jika kau memberinya upah. Jikapun kau mencarikan pagi yang lain, Pagi yang tak pernah melahirkan mereka dari rahimnya, Aku yakin pasti akan beda rasa. Hanya pagi yang menjadi rahim, Merekalah yang akan selalu berusaha tulus ikhlas memikirkan bagaimana pertumbuhan dan masa depannya. Itulah sebabnya aku akan terus berada di sini. Menunggui dan mengawalnya, Sekaligus menunggumu meski kuyakin tahu kau tak akan pernah kembali...Tapi aku akan selalu seperti pagi.

Dering pesan WA menyadarkan Jhaey dari lamunannya, Sontak saja iapun memandangi layar kaca ponselnya. Nampak tertera pesan dari seorang wanita yang bernama Manda.


"Haaii! Jhaey jangan lupa yaa sebelum malam tahun baru kau jemput aku ditempat biasa, Oiya mungkin aku akan memakai jasamu Full seharian. jadi kau tak boleh mencari penumpang lagi sebelum aku izinkan"..


Jhaeypun hanya menoleh pesan WA tersebut, Tanpa langsung membalasnya, Pesan dari seorang wanita yang bernama Manda. Pelanggan taksi onlinenya yang berprofesi sebagai wanita Striptis dan wanita panggilan. Jhaey mengenalnya dikawasan puncak Bogor yang memang selalu menjadi tempat mangkal taksi onlinenya. Meski Manda begitu cantik dan sering memberi tips lebih terhadapnya namun hati Jhaey tak terguncang jika mengatarnya atau menjemputnya kalah ia selesai dibooking oleh warga negara jepang ataupun Arab yang terkadang senang mencari hiburan dikawasan puncak Bogor.

Jhaeypun segera meneguk kopinya yang terakhir kalinya. Tak berselang lama iapun membalas pesan wanita yang bernama Manda dengan hanya mengirimkan stiker bergambar 'OK' Setelah itu Jhaeypun bergegas meninggalkan kediamannya untuk menuju kota Bandung menjumpai anak semata wayangnya.


~~~ 💋💋💞💞💝💝💞💞💋💋~~~


Mendekati detik-detik akhir tahun kawasan puncak Bogor nampak padat merayap dan ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin mencari hiburan atau menikmati malam pergantian tahun dikawasan tersebut. Ditengah kendaraan yang padat serta berjalan merayap sebuah mobil Toyota Avanza hitam bercorak bunga-bunga nampak berjalan zig-zag mencoba menyalip satu-persatu kendaraan yang ada didepannya. Selang beberapa menit mobil Toyota Avanza hitam itupun memasuki sebuah Cafe. Nampak seorang wanita berparas cantik tersenyum dan bergegas berlari kecil menuju mobil tersebut, Ia adalah Manda wanita yang memang sudah menjadi langganan taksi onlinenya Jhaey. Setelah berada didepan pintu mobil, Tanpa ragu Mandapun segera masuk kedalam.

"Sudah lama menunggu"...Tanya sang pengemudi Jhaey.

"Tidak, Hanya lima menitanlah, Oiya kita langsung kevilla Telaga Biru saja".

Jhaeypun hanya mengangguk sambil sesekali melirik kespion tengah yang berada pada mobilnya. Suasanapun nampak sedikit hening setelah mobil yang dikemudikan oleh Jhaey berjalan. Tak ada obrolan yang berarti didalam mobil terkecuali hanya sekedar basa-basi saja. Namun meski seperti itu baik Jhaey dan Manda berusaha saling mengimbangi perasaan masing-masing. Sampai pada akhirnya keduanya pun tiba pada tempat yang dimaksud. Mandapun bergegas masuk kedalam hotel yang tidak terlalu besar. Sedangkan Jhaey hanya menunggu diluar hotel bergabung ngobrol dengan scurity atau penjaga Villa yang memang juga tersedia tak jauh dari hotel tersebut.

Jenuh dan membosankan sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Bagi Jhaey begitulah pekerjaannya jika mengantar seorang wanita panggilan, Terlebih ia telah disewa seharian untuk mengantarnya kembali ketempat-tempat tertentu. Namun meski begitu Jhaey tetap harus Profesional, Apa yang terjadi ditempat itu Jhaeypun harus menikmatinya meski terkadang selalu saja ada rasa bosan dihatinya.

Suasanapun nampak mendung akan tetapi tidak ada tanda-tanda nampak akan turun hujan. Suasana pergantian tahunpun semakin terasa dikawasan sekitar tempat itu. Dari sejak siang, Hingga berganti sore bahkan hampir menjelang malam banyak orang yang telah ramai berduyun-duyun menyewa villa dan hotel untuk dapat menikmati malam pergantian tahun dikawasan puncak. Meski membosankan ditengah keramaian Jhaey berusaha tetap tersenyum, Iapun akhirnya keluar meninggalkan hotel hanya untuk sekedar menikmati alam agar jiwa dan pikirannya tidak beku. Setelah mendapatkan tempat yang berarti Jhaeypun duduk santai sambil menikmati alam pegunungan yang nampak sejuk dan menyegarkan. Tak lupa iapun memandangi photo putri semata wayangnya yang memang selalu menjadi walpaper pada layar ponselnya. Ia nampak tersenyum manis dan selalu memberi semangat pada jiwanya untuk selalu tetap tegar merawatnya hingga dewasa nanti. Sejuknya suasana alam membuat Jhaey akhirnya terkantuk-kantuk hingga iapun tertidur.

Sementara itu Manda yang sejak tadi sudah berada dikamar hotel nampak sedang santai sambil merias wajahnya didepan cermin besar. Lama tidaknya orang yang akan datang membokingnya iapun nampak tidak perduli. Lalu selang berapa menit, .Mandapun membuka jendela hotel yang ia tempati. Pemandangan alam jelas terlihat, Termasuk kendaraan Jhaey yang terparkir persis ditengah lobi hotel tersebut. Amanda nampak tersenyum, Meski hanya mobilnya yang terpakir bagi Manda ia seperti melihat Jhaey yang nampak perkasa memandangnya dari bawah dan seperti mengisyaratkan dirinya untuk keluar dari kamar hotel tersebut, Lalu segera bersamanya. Tetapi Manda selalu merasa dirinya tidak bersih dan seputih kapas, Ia hanya manusia tanpa daya yang terkadang mengagumi seseorang bak merindu berpeluk rupa dan mendamba bak sisir lapis warnanya. Meski ia sadari jika semua tanpa ungkapan sampai berkalang tanah, Raga serta jiwanya tak pernah ada yang akan tahu.

Trrriiiinggg!!... Suara ponsel Manda membuyarkan lamunannya ditengah jendela kamar hotel tersebut. Mandapun bergegas mengambil ponselnya yang berada ditempat tidur. Iapun segera membaca pesan masuk yang ada diponselnya lalu setelah itu iapun tersenyum karena Mr.Herman wong seorang warga negara China membatalkan pertemuan dengannya karena alasan sibuk. Iapun berharap Manda mau mengerti, Dan untuk semua biaya tempat telah dilunasi oleh Mr.Herman Wong. Setelah tidak ada lagi urusan dengan Mr.Herman Wong. Manda nampak sibuk kembali merapikan riasannya. Manda nampak tersenyum dengan menggunakan gaun putih iapun serasa ingin keluar dari kamar hotel tersebut, Bibirnya nampak merah merona, Selang berikutnya iapun segera keluar kamar hotel sambil tersenyum bahagia, Meski iapun tak tahu apa yang membuat ia sebahagia seperti yang sekarang ia alami.

Disebuah warung tenda pinggir jalan. Jhaey nampak terjaga dari tidurnya setelah dering ponselnya berbunyi dan membuyarkan semua impianya. Setelah mengangkat lalu bercakap-cakap dengan wanita yang tak lain adalah Manda iapun bergegas menuju lobi hotel dimana sebelumnya ia dan Manda berada disana.

"Maaf aku tadi sempat keluar sebentar untuk menghilangkan jenuh"...Kata Jhaey mencoba tenang.

Mandapun tersenyum, Iapun terus memandangi Jhaey seolah menikmati sesuatu yang ada didepanya itu. Bahkan Mandapun ingin tahu apa yang ada didalam lubuk hati Jhaey sesungguhnya. Karena hampir 6 bulan sudah ia kenal dan selalu bersamanya meski semua itu hanya dijalan atau disuatu tempat saja. Selebihnya baik Manda dan Jhaey tak pernah saling terbuka dengan urusan pribadinya masing-masing.

"Oiya kemana lagi aku harus mengantarmu"...Seru Jhaey dan segera menuju parkiran.

"Ooh! Eeh, Tidak..Aku tidak akan kemana-mana. Aku cuma ingin kau menemani aku dicafe dekat Villa yang ada diujung sana"..

Jhaeypun nampak heran, Akan tetapi setelah Manda menjelaskannya ia semakin heran, Bahkan kini Jhaey yang berbalik memandangi wajah Manda. Meski sudah mengenalnya hampir 6 bulan dan terkesan biasa saja, Kali ini Jhaey nampak takjub dengan kecantikan serta keanggunannya.

"Apa menemanimu menikmati tahun baru ditempat ini, Lhoo bukankah?"..

Mandapun langsung menekap bibir Jhaey dengan tenang..."Bukankah sudah aku jelaskan tadi kepadamu".

"Iya, Tapi aku bukan pengusaha atau bos besar yang mampu membayarmu mahal serta membelikan sesuatu yang berharga kepadamu"...Seru Jhaey menampik.

Bhaahaaa!! Mandapun nampak tertawa dengan lembut dan kembali menjelaskan serta meyakinkan Jhaey..."Sudahlah lebih baik kau mandi saja dulu agar pikiranmu menjadi fresh, Justru aku yang akan membayarmu"...Balas Manda sambil segera menarik lengan Jhaey menuju kamar hotel yang sedang ia sewa.

Malam pergantian tahun tinggal menunggu hitungan jam saja namun sebagian orang telah banyak yang meniup terompet serta menyalahkan kembang api. Suasana ditempat itu nampak riuh dan penuh warna-warni seperti pelangi sore yang menyinari dalam pekatnya malam. Jhaey dan Manda nampak tersenyum kedua terus saling pandang, Bagai sepasang kekasih yang baru menyatakan cinta keduanya saling menceritakan pribadinya masing-masing. Kini dimata Jhaey Manda nampak seperti sebuah lukisan pagi yang serasa hidup tersenyum seolah seorang ratu laut kidul yang telah memberi keberuntungan menuju pagi bersemi.

Apa yang dirasakan Jhaey tak jauh berbeda dengan yang Manda rasakan, Jhaey seperti memberi ia kepastian hidup, Jhaey bagai pelangi sore yang datang secara mendadak. Selalu indah dipandang. Urai merah-kuningnya sedapkan mata serta hatinya, Juntai hijau, Biru dan ungunya tentramkan rasa seolah meraih pancawarna dan mengapai seribu suka cita.

Gema pergantian tahun akhirnya usai sudah, Namun malam masih terus panjang, Suasana dikawasan puncak masih terlihat ramai akan tetapi Manda telah berbisik lembut ketelinga Jhaey untuk segera menuju kamar hotel. Indahnya malam yang penuh kebahagian membuat Manda membuka jendela kamar hotelnya.Suasana dingin menjadikan pertanyaan bagi Jhaey.

Lho, kenapa kau buka jendela itu. Apa kau tak merasa dingin"..

"Dingin disini bisa menjadi hangat berkat adanya dirimu disisiku"...Balas Manda sambil terseyum menggoda.

Jhaeypun balas tersenyum, Selang beberapa menit Jhaey langsung menyeret tubuh Manda keatas ranjang peraduan. Manda berteriak kecil keduanya nampak saling pagut sampai akhirnya Jhaey membisikan kata ketelinga Manda.

"Terimah kasih telah mempercayai jiwa yang rapuh dan tanpa arah ini"..

Manda kembali tersenyum iapun kembali memeluk Jhaey semakin erat, Dan membiarkan tangan perkasa Jhaey menyibak gaun putihnya. Manda bagai manusia tanpa daya yang kagumi Jhaey bak merindu berpeluk rupa. Walau Manda tahu ia bisa seperti pelangi yang memikat meski sesaat, Namun cinta hambarnya sudah tanpa lagi warna memikat. Karena hatinya berusaha membungkus kesucian jiwa. Jika ia berpikir itu hanya dosa Kenapa rela? Manda meyakinkan bahwa Jhaey bisa bangun dan bangkit dari jiwa rapuhnya. Tidak lagi terpuruk ditengah hujan lebat, Sementara halusinasinya begitu memikat. Meski warna pelangiku jadikannya manusia nista..

Duhai asa taubat atas nikmat sesat jika engkau berpikir itu hanya dosa lantas kenapa engkau masih rela? Bergelut panorama warna, Sementara cintanya hampa merindukan pagi yang terlukis indah dalam satu ruang yang abadi.



~ THE~END ~

Labels:

Saturday 16 March 2019

Cerpen : Mungkin Harus Ku Berlalu


Ilustrasi Gambar By : Fredy,S




CERITA INI HANYA FIKTIF DAN BUALAN BELAKA


Derap langkah sepatu memasuki sebuah Restoran ternama dikawasan Blok.M Jakarta selatan. Setelah menuntaskan sebuah pekerjaannya seorang pria bernama Hermansyah selalu mengunjungi Restoran tersebut.

Sebagian orang beranggapan tempat itu hanya untuk makan siang setelah setengah hari bekerja. Namun tidak dengan seorang Hermansyah. Menurutnya restoran itu banyak membawa kenangan indah bagi dirinya selama 6 tahun berlalu. Meski pada kenyataannya kenangan itu hanya membawa luka terhadap dirinya ia pun tetap tidak peduli.

Setelah memesan segelas kopi kesukaannya ia pun kembali meneliti arsip-arsip kerjanya agar kembali tersusun rapi. Meski hanya pegawai kantor notaris pertanahan Hermansyah juga punya hobi menulis yang selalu ia tumpahkan di laptop kesayangannya. Tak heran di internet namanya begitu melambung tinggi karena apa yang ia tulis dari syair, cerita, serta inspirasi hidup banyak membuat penggemar jagad maya takjub terhadap karyanya.😱😱







Baru saja selesai membereskan arsip kerjanya, Dan akan membuka laptop padangan Hermansyah teralihkan oleh seorang wanita berambut panjang dengan pakaian berwarna hijau.

"Heemm apakah aku tidak sedang bermimpi bukankah itu Bintang Berliana....Sepertinya ini nyata, Lalu apa yang membuat dirinya bisa terbawa ketempat ini, Atau ...Tapi, Aahh!!"....

Akhirnya untuk menghilangkan penasarannya Hermansyah memanggil wanita berambut panjang berbaju hijau itu.

"Bintang...Bintang Berliana"..






Gadis berbaju hijau itupun menoleh dan seraya tak percaya namun meski sedikit ragu ia tetap menghampiri pria yang memanggil namanya.

“Mas Herman? Kamu disini? Sendiri?”

“Kamu benar Hermansyahkan? Kamu…...” Napas Bintang serasa sesak tiba-tiba. Seolah ia berada kembali di masa lampau.

Dengan spontan Hermanpun langsung mencium pipi Bintang. Lantas duduk di hadapannya. Persis seperti enam tahun yang lalu di pertemuan awal sekolah lalu.

“Apa kabar?”

“Baik. Kamu?”

“Baik. Sebentar…. Mas, jus melon dan pangsit kuah ya.”

Upffhh!

“Menumu belum berubah juga, Mas Her?”....Seru Bintang basa-basi. Derap irama dadanya mulai berguncangan memandang sorot mata Hermansyah.

“Kamu sedang apa disini? Kenapa disini?” tanya Hermansyah. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Bintang rupanya.

“Kamu sendiri kenapa kemari?”.....Seru Bintang.






“Tidak bisakah kamu menjawab pertanyaan bukan dengan pertanyaan?” tanya Herman. Ia menarik tangan Bintang dalam genggamannya.

“Kamu belum berubah, Bin. Sungguh. Masih sama persis seperti di akhir pertemuan kita dulu.”

Bintang mencoba melepaskan tangannya dari gemgaman Herman. Berusaha untuk tidak membuatnya tersinggung.

“O, ya? Sayangnya aku harus bilang kalau kamu bertambah sepuluh tahun lebih tua dari yang terakhir kulihat.”

Herman tertawa... Seperti kegirangan bah seorang bayi yang tengah mendapatkan perhatian.....“Mmmh, ini pernyataan yang paling jujur untukku hari ini. Betul. Betul. Aku memang terlihat lebih tua sejak bercerai.”

Bintang nampak terhenyak.

Apakah ini kebetulan? Di tempat yang sama?... Bukankah dulu dia bilang ia bahagia dengan pernikahannya? Bahkan ia memvonisku ingin berselingkuh dengannya bila ada kesempatan.






“Bin, dimakan dong pesanannya?”...Tegur Herman.

Bintang Tak menjawab Perutnya tiba-tiba serasa kenyang mendengar perkataan Herman. Dengan berita yang besar pula. Bintang merasa ingatannya belum luntur karena dulu kata-kata Herman.

Hermanpun melanjutkan perkataannya

“Sudahlah. Itu sudah berakhir dua tahun yang lalu. Aku tidak ingin mengungkit namanya lagi. Mengingatnya sama dengan membuatku mengenang cerita yang tidak akan abadi. Tahukah kamu kalau sudah enam bulan ini, aku selalu makan siang di sini. Setiap hari, kecuali kalau harus entertain klien?”...Seru Herman

"Tentu saja aku tidak tahu. Aku berusaha untuk tidak mau tahu lagi dengan urusanmu karena sakit hati. Mungkin kamu berpikir hanya kamu orang yang paling berbahagia di dunia. Sorry mas Her batasan kebahagiaan diukur dari masing-masing hati. Dan sampai saat ini, aku juga masih bahagia dengan keberadaanku. Walaupun juga sudah tidak selengkap dulu."...Balas Bintang.






“Bin, kamu juga sudah bercerai kan?”....Tanya Herman kembali.

Nurani Bintang bagai menghentak-hentak. Apa yang dia tahu tentangku?

“Sejak tahu kamu sudah bercerai itulah, aku selalu ke resto ini. Berharap kamu masih punya sekelumit memori tentang kita di tempat ini. And.. this is the day!”

“Maksudmu apa?”

“Aku buta, Bin. Selama ini cinta sejatiku ada di dekatku, tetapi kutelantarkan. Mungkin Tuhan berencana lain. Kita harus memiliki pasangan dulu untuk bisa mengetahui ada mutiara yang sesungguhnya yang seharusnya dijaga.”

Yaa ampun, masih selalu se-pede inikah mas Her yang kukenal dulu? Menganggap kalau apa yang ada dipikirannya pasti sesuai dengan kenyataan. Apa yang diinginkannya, pasti dapat ia wujudkan?....Dalam hati Bintang.

“Lantas?”.....Tanya Bintang kembali.






“Aku ingin memulainya Bin.”

“Memulai untuk…?”

“Mencintaimu?”...Seru Herman tegas.

Tubuh Bintang serasa mengejang. Meskipun ia tahu pembicaraan ini akan mengarah kesana, tetapi tetap saja membuat dirinya kaku. Momen inilah yang sebenarnya ingin kuraih sejak dulu. Ketika belum ada kerut yang menganggu di ujung mataku. Ketika aku masih belum disentuh oleh pria lain manapun ketika tubuhku masih langsing berbikini. Bukan sekarang!.....Resah hati Bintang.

“Maaf, Bin. Mungkin saatnya kurang tepat, bukan?...Kamu masih trauma dengan perceraianmu? Aku hanya terlalu bahagia bisa kembali berjumpa denganmu. Seperti dahulu kala."....Ungkap Herman.

“Tidak, mas Her. Aku bukan janda cerai. Suamiku, Mas Budi meninggal karena kanker hati.”

Hermansyah nampak terkejut.!






“Ahh, Tapi yang kudengar…., “ desahnya.

“Apa yang kaudengar tentu saja belum tentu sesuai dengan kenyataan.”...Jawab Bintang.

“Benarkah, Bin?”

"Ia, mas,Her, tiba-tiba saja semakin bertambah tua dari umurnya yang sesungguhnya. Bisa kulihat sikat tubuhnya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat. Dari terlalu percaya diri menjadi runtuh menciut berkeping"...

“Mungkin bila seorang pria, bila ditinggal meninggal oleh belahan jiwanya, mungkin mudah untuk mencari cinta lain sebagai pelengkap dalam hidupnya. Ada begitu banyak kesempatan untuk mencapai hal itu, bukan? Tetapi seorang wanita, terutama seperti aku…. Kurasa butuh puluhan tahun untuk bisa menjawabnya,”....Seru Bintang bijak.






“Bin, maafkan aku. Aku turut berduka. Tetapi… mengapa kamu mengunjungi tempat ini kembali kalau aku telah membuatmu terluka?”...Tanya Hermansyah.

“Sebenarnya aku ingin mencari seorang sahabatku yang hilang. Waktu itu aku ingin mencurahkan kepedihanku. Tentang saat-saat aku berjuang mencintai almarhum suamiku mas Budi. Sampai detik terakhir napas kehidupannya. Ternyata aku salah. Yang kutemui hanyalah seorang Hermansyah yang arogan. Menuduhku yang bukan-bukan atas nama kenangan masa lalu.“

“Aku tetap sahabatmu, Bin. Sampai kapanpun. Aku masih seperti yang dulu.”...Kilah Herman.

“Tidak, Mas Her. Yang kutahu dari pertemuan ini, aku tidak bisa lagi mengandalkanmu sebagai sahabat. Kau sudah memandangku dari sudut cinta yang lain. Maafkan aku, Mas Herman”

Makanan Bintang baru sepertiga tersentuh. Akan tetapi ia sudah tidak berselera lagi. Begitupun Herman.

"Mas Her, Kuharap perjumpaan ini adalah perjumpaan terakhir kita berdua. Karena nuraniku ternyata tidak seperti dulu lagi. Tidak berdetak berirama cepat karena ingin memilikimu. Semoga kau mengerti. Maafkan aku juga bila harus berlalu dari kehidupanmu serta hatimu."







Setelah Bintang berlalu Herman pun hanya bisa pasrah, Meski kendanti hatinya begitu berat untuk melepas kepergian Bintang namun dirinya tahu watak serta sifatnya. Suasana menjadi hening hanya deru mangkok dan piring yang berdetingan disekitar posisi meja makan yang Herman tempati.


Ia pun terus melamunkan dirinya ke masa lalunya. Dan terus menunggu, Meski yang telah ia harapkan harus kembali menunggu dan terus menunggu. Hingga semua itu pasti kan berlalu dalam kehidupan senja nanti.




~ THE ~ END ~





Labels:

Tuesday 12 March 2019

Mulai Maret & Seterusnya Pengangguran Akan Dapat Uang Bulanan





KABAR GEMBIRA 2019 UNTUK PARA PENGANGGURAN




Pemerintah akhirnya menyetujui untuk memberikan tunjangan langsung bagi para pengangguran di Indonesia sesuai dengan Ijazah terakhir sekolahnya, yaitu :


1. Ijazah SD = Rp. 1.750.000,-


2. Ijazah SMP = Rp. 2.250.000,-


3. Ijazah SMA = Rp. 3.750.000,-


4. Ijazah D4/D3 = Rp. 4.000.000,-


5. Ijazah S1 = Rp. 5.500.000,-









Pemberian Tunjangan tersebut akan dilaksanakan pada awal bulan maret 2019 dan berlaku setiap 3 bulan sekali.


Tunjangan tersebut merupakan hasil kerjasama bilateral antara Pemerintah dan Pemerintah Jepang, dengan persyaratan sbb :








1. Ijazah Pendidikan terakhir.


2. E KTP asli.


3. KK asli.


4. Surat Keterangan Kesehatan.


5. Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Kepolisian.


6. Surat Pengantar dari Kelurahan.


Sesuai komitmen dengan Negara Jepang, sumbangan tersebut akan diserahkan dalam bentuk mata uang YEN. Dengan persyaratan yang diajukan oleh pemerintahan Jepang, yaitu :








A. YEN lamun aya duitna


B. YEN lamun Presiden na bapak maneh


C. YEN lamun Wakil Presiden na uwa maneh.


D. YEN lamun Menteri Keuangan na lanceuk maneh.


E. YEN lamun nu boga nagara ieu Aki maneh.


YEN lamun anu maca ieu serius teuing berarti ngarep-ngarep...wkkwwkkk..wkkwwkk!😂😂😂😂


Haaahaaaa! semoga loe nggak pada PA & Suuueee yaaa!!😂😂




Haaahaaahaa!! Biasa Aje kelless..
Satria Tujuh Salju
















Labels:

Thursday 25 October 2018

Cerita PA : Kisah Amrana Dan Suster Seksi






Amrana adalah seorang pria yang berprofesi didunia entartainment..😱😂😂 Sebagai seorang yang mempunyai jiwa profesional yang begitu tinggi ia pun kerap berpenampilan perlente. Dan semua itu ia lakukan karena sudah bakat dari bawaan dirinya, Selain itu ia pun mempunyai ketamvanan yang begitu wooowww!!..

😱😱

Tak heran banyak para gadis dari perawan sampai janda, bahkan nenek-nenek pun kerap terpukau oleh ketamvanan beliau. Maka tak heran juga banyak para kaum hawa yang mengemis cinta kepadanya.


Dan,..? Tak heran lagi..😂😂 Banyak kaum hawa yang patah hati atau bahkan nekat mau bunuh diri karena cintanya hanya bertepuk sebelah tangan...Karena tangan yang satunya sedang cantengan.

😂😂

Namun apa pun itu Amrana itu juga manusia bukannya robot.😱 Sesibuk apapun ia bekerja dan seprofesional mungkin ia melakukan aktifitasnya ia pun tetap jatuh sakit. Sehingga mau tidak mau ia harus beristirahat total selama beberapa minggu.


Amrana pun hanya bisa pasrah. Tetapi karena ketamvanannya ia tetap bisa tersenyum, Meskipun dirumah sakit. Dan banyak pula para suster-suster seksi yang merawat dirinya terlebih Amrana pun murah senyum dan bersifat royal terhadap suster-suster tersebut hingga di suatu pagi yang cerah.


Setelah masa pengobatan hampir selesai, Amrana masih harus dirawat di rumah sakit. Hingga kondisinya membaik, badannya dibasuh/dibersihkan oleh suster yang cantik nan seksi serta ramah.


Karena "anunya" Amrana juga dibasuh suster, 😱😱 Maka Amrana jadi kleyengan, Dan tidak tahan. 😱 Lantas dia mencoba menggoda sang suster seksi nan cantik itu.


Amrana : "Suster, kalau kamu saya kasih uang 500 ribu, Boleh nggak aku lihat yang ada dibalik BH kamu...?"


Suster : "Aaahh... tanggung mas, kalau itu doang kalau mas berani kasih 2 juta, nanti sekalian aja aku tunjukin tempat keluarnya bayi..."


Amrana : ( suuueeenneeeng buuaanget sambil merem melek ) : "Bener nih, bbboolleeh, ini uangnya."


Setelah menerima uang dari Amrana sangsuster pun Langsung tersenyum manis.


Suster : "Ok mas Amrana sekarang mas boleh turun dari tempat tidur, keluar kamar, belok kanan terus ikutin koridor itu sampai mentok, terus belok kiri. Nah, di ujung koridor itu ada tulisan RUANG MELAHIRKAN DAN PERAWATAN BAYI. Naaahhh... di situ itu tempat keluarnya bayi. Mas Amrana boleh kok nongkrong disitu sampai bosen..."



Amrana : Huuuaaasseemm!!..Suster sialan ( Guling-guling dilantai sambil mewek...😂😂😂 )


SEEERIIUUSS AMAATTS! BACANYA BIASA AJA KAALIII!!....

😂😂😂

TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG.... CCKKAAAAAKKK! HAAHAAAA!!!.... 😂😂😂





😂😂~ SEMOGA ~ TERHIBUR ~😂😂






Labels:

Saturday 29 September 2018

Cerita Kocak Sule & Youki



Sule : "Tante Youki... Beli Sabun Rinsonya yaa.. Satu...."

Tante Youki : "Buat Apaan Le ? Tumben Lu nyuuci baju"..

Sule : "Enggak!..Ini Tan, kucingku kena lumpur terus ini mau aku cuci biar bersih lagi."

Tante Youki : "Owalah Le, Kamu ini kok aneh-aneh aja, kucingnya nanti mati loh. Kucing kok dicuci pakai deterjen"

Tante Youki akhirnya juga tetap melayani permintaan si Sule untuk beli deterjen.

Esok harinya, si Sule datang ke tokonya Tante Youki.

Tante Youki : "Bagaimana kabar kucingnya Le ?"

Sule : "Kucingku mati, Tan"

Tante Youki : "Lhaaa benar khan ? kemaren di nasehati tidak percaya,, masa kucing dicuci seperti pakaian, Dan pakai deterjen lagi"

Sule : "Kucingku mati bukan karena aku cuci pakai deterjen.. Setelah aku cuci dengan deterjen kucingku masih hidup kok"

Tante Youki :"Terus matinya karena apa, Le"

Sule : "Aku peraaas...."

Tante Youki : 😱😱😳😳......."Sueee luh lee"..

😬😬
wkwkwkwkwwkkw.... Prikitieeww

Kalo engga Like & Komen LO GUE END....

Nggak usah tegang gitu kaalee!!...Bawa santai aja broo!, Cuma iseng nyoret2 di blog yang hampir beberapa minggu tidak posting-posting karena kesibukan. Dan cerita ini juga pinjam sama sahabat dibawah ini.
😊😊 😂😂😂😂



CERITA BY : ~ YOUKI SELVIYANTHIE ~




🌹~ THANKS YOU ~🌹

Labels:

Tuesday 31 July 2018

Cerbung : Sang Perawat Edisi 2

Satria7


Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka

Cerbung Edisi Kedua




SANG PERAWAT EDISI 2



Nyonya Reny menggelepar-lepar menahan nafasnya yang kian sesak setelah memencet tombol darurat yang ada pada tombol tempat tidurnya terdengar suara dari speker mini pada ruangan rumah sakit kelas VIP itu.

"Ok bantuan akan segera tiba, harap sabar menunggu".....Jawab dari speker tersebut.

Braak!! pintu ruangan kamar nyonya Reny dibuka, Dengan tergesa-gesa asisten perawat bernama Widya dengan sigap langsung memasukan selang pernafasan oksigen kenyonya Reny. Dan sedikit demi sedikit nyonya Reny mulai bisa berbicara meski sedikit agak pelan.

"Di..maa..na sus Zita"...

"Mbak Zita barusan pulang nyonya karena dia semalam lembur, Sebaiknya nyonya jangan banyak bicara dulu. Tenangkan diri nyonya. Lalu beristirahatlah antara satu atau dua jam. Dan setelah itu nyonya baru bisa saya beri makan. Ok nyonya saya sekarang akan menelpon dokter agar nyonya dapat ditangani secara serius"..

Nyonya Reny mengangguk pelan dan akhirnya asisten perawat bernama widia meninggalkan nyonya Reny guna memanggil dokter. Namun sebelumnya ia menghubungi Zita sang kepala perawat yang juga sahabatnya.

Dering ponsel berbunyi sangat nyaring, Lalu seorang wanita bergegas menuju suara ponsel itu dimana ia meletakkannya. Dalam hitungan detik ponsel sudah berada pada tangannya.

"Iyaa!! Wid ada apa? ...seru wanita itu.

"Waahh!! mbak Zita gawat niih!!, Nyonya Reny pagi tadi mengalami sesak nafas hebat...Mbak bisa kan siang nanti kembali kerumah sakit"....Ucap Widya.

"Oohh!! kau sudah tangani Wid? ..Sudah mbak bahkan aku berencana memanggil dokter Amrana... Agar kita tidak telat dalam mengatasi pasien berpenyakit tinggi"...

"Ok Wid tunggu aku setengah jam lagi aku segera kesana".....Akhirnya pembicaraan pada ponsel pun terputus setelah keduanya salin sepakat.

"Heemm!! untungnya pagi tadi aku sudah istirahat jadi dengan meminum multi vitamin tubuh aku bisa beraktifitas kembali. Yaa! aku memang harus kesana apapun itu aku sudah menganggap beliau ibu kandungku sendiri sebaiknya aku berkemas-kemas".

Setelah merapikan rumahnya wanita yang bernama Zita mazita itu segera menuju rumah sakit dimana dia bekerja. Sesampainya ia disana ia pun langsung menuju ruangan lantai empat dimana nyonya Reny dirawat. Ia pun merasa lega karena dokter Amrana telah lebih dahulu berada diruangan nyonya reny.

"Siang dokter Amrana"...sapa perawat bernama Zita.

"Oohh! kebetulan sekali sus Zita masuk kembali hari ini, Dan selamat siang juga jadi saya tidak perlu menjelaskan masalah pada pasien nyonya Reny keesokan harinya".

"Itu sudah jadi kewajiban saya dokter, Oiya gimana keadaan nyonya Reny sekarang dok".

Akhirnya dokter Amrana menjelaskan apa yang dialami pasien bernama nyonya Reny dengan seksama.

"Yaa!! begitulah sus Zita, Selain pernafasannya yang akut. Nyonya Reny juga mengalami penyakit paru-paru beruntung fisik sang pasien begitu kuat jadi kondisi beliau terlihat tidak terlalu drop"...Seru dokter Amrana.

Perawat bernama Zita Mazita terlihat manggut-manggut serius......"Ok dokter apa pun itu saya berserta dokter setidaknya kita tetap berusaha menangani pasien kita agar mendapat kesehatan terbaik".

"Yaa! betul sekali sus Zita, Dan jika sudah tidak ada yang dipertanyakan lagi saya pamit dulu"....Jawab sang dokter.

Akhirnya setelah dokter Amrana berlalu dari ruang kamar nyonya Reny dirawat, Perawat Zita membiarkan nyonya Reny beristirahat dan ia pun juga berlalu menuju ruang kerjanya. Sesampainya ditempat itu ia pun bertemu dengan asistennya yaitu Widiya.

"Gimana mbak Zita kondisi nyonya Reny"..


"Alhamdullilah Wid agak membaik untuk saat ini. Yaa! semua itu berkat dirimu jugakan....Seru Zita sambil tersenyum.

"Huuffs! paling bisa deh kalau merayu mbak Zita ini, Intinya semua itu berkat, Dokter Amrana, Mbak Zita jugalah".

"Eehh!! tapi ngomong-ngomong apa keluarganya sudah tahu keadaan nyonya Reny yang krissis tadi pagi"...Tanya Widya.

"Belum.sama sekali Wid, Tapi aku memang harus menghubunginya. Dan pria itu satu-satunya yang memang harus dihubungi karena cuma dia yang lebih sering kesini, Tetapi aku harus menanyakan nomor yang bisa dihubungi kenyonya Reny dahulu".

"Oohh! ternyata ada rasa kangen juga yaa!! mbak Zita"....Ucap Widya. Sebelum berlalu sambil tersenyum menyindir.

"Kamu itu maunya apa sih Wid!, Awas kamu yaa!!"

"Widya pun tertawa puas sambil berkata....."Daahh! mbak Zita, Tahan dulu yaa!! kangennya"..

Zita pun hanya tersenyum dongkol sambil mengepalkan tinju pada sahabatnya itu. Dan setelah mendapatkan nomor dari nyonya Reny sang perawat Zita Mazita itu pun langsung menghubungi Virkam anak sang nyonya Reny. Meski harus kerap menghubungi berkali_kali.



~~ 🌹CERBUNG : SANG PERAWAT EDISI 2 🌹 ~~



Keesokan harinya pukul 15:00 petang Zita Mazita sedang asik! berbincang dengan nyonya Reny secara santai, Bahkan salin bercanda gurau layaknya seperti ibu dan anak, Dan tanpa mereka sadari semuanya itu disaksikan oleh seorang pria berjas hitam, yang tak lain adalah anak dari nyonya Reny yaitu Virkam. Namun tidak berselang lama kehadiran Virkam akhirnya diketahui oleh nyonya Reny ibunya. Melihat kehadirannya diketahui ibunya Virkam pun sedikit kaget, Meski ada keraguan pada hatinya untuk mendekat ibunya namun ia harus tetap menuju keibunya.

Begitu pun perawat bernama Zita Mazita, Mengetahui ada yang datang ia pun mendadak canggung dan hanya menundukkan kepala sambil menatap arah yang berlainan arah.

"Virkam mengapa kau hanya diam disitu lekas kesini nak!".....Sapa nyonya Reny.

Virkampun segera menghampiri ibunya dan langsung mengatakan sesuatu....."Buu! maafkan Virkam", Sambil bersujud dihadapan ibunya.

"Bangunlah nak!. Tak perlu kau khawatirkan ibu tidak apa-apa kok. Dirimu tak bisa hadir disini masih ada sus Zita penggatimu jadi tak perlu ada yang kau bebani nak!".

Virkampun kembali terdiam sambil sesekali melihat wajah perawat bernama Zita, Begitupun sebaliknya hingga suasana kembali hening. Tak lama nyonya Reny pun kembali berkata

"Virkam, dan kau sus Zita kalian pun tak ubahnya seperti anak-anaku, Dan apapun sifat kalian berdua ibu tidak pernah membeda-bedakannya semua sama dimata ibu. Karena apa yang ibu lihat dari kalian berdua adalah satu".

"Ee..eehh!! anu nyonya".....

"Dengar Zita"...Potong nyonya Reny.

Sambil membelai-belai rambut sang perawat itu nyonya Reny kembali membuka kata kembali....

"Zita....Mulai hari ini aku akan memanggil namamu saja, Tanpa ada gelar atau apapun. Dan sebaiknya aku lebih suka kau memanggil mama atau ibu terhadapku, Kau maukan Zita. Naah!! mulai hari ini tidak perlu dirimu ada keraguan atau sungkan terhadapku Zita".

Sang perawat Zita Mazita itu pun hanya mengangguk dan tersenyum dingin, Meski risih terhadap keadaan namun ia seberusaha mungkin tetap menunjukan jiwa profesional kerjanya dihadapan nyonya Reny.

"Zita", Sapa nyonya Reny.

"Iyaa!! nyonya...Eehh! Maah!!..Buu!!"....Serunya kaku.

"Panggil aku ibu atau mama Zita".

"Iyaa buu!"....Nyonya Reny punya tersenyum bahagia, Dan kini ia menoleh kearah Virkam anaknya yang sejak tadi diam membisu. Lalu meraih tangan Virkam dan menyatukan tangan keduanya. Bagai tersengat listrik keduanya diam bagai patung arca tak bernyawa.

"Virkam kamu tahu seperti apa wanita suci itu nak!".

Tak ada jawaban dari Virkam hanya hembusan angin AC yang mengalir perlahan diruangan rumah sakit kelas VIP itu.

"Virkam Ibu terkadang suka berkhayal, Akan sangat bahagia bila melihat kalian duduk bersanding salin tersenyum. Dan kau Zita, Berkat dirimu ibu serasa mempunyai seorang menantu yang luar biasa. Kau pun nampak cantik luar dalam".

Merasa canggung, Karena tangannya masih menyatu dengan tangan anak nyonya Reny ia pun berusaha mencari sesuatu agar dirinya tidak terlalu tegang dan perawat Zita Mazita itu pun langsung berkata meski sedikit ada perasaan canggung.

"Oiyaa! bu aku hampir saja lupa ada beberapa vitamin yang harus ibu makan. Sebentar aku ambil dulu yaa!!".

Nyonya Reny pun hanya mengangguk sambil tersenyum bahagia. Akhirnya sang perawat itu meninggalkan ruangan kamar nyonya Reny dengan perasaan lega. Begitu juga dengan Virkam yang akhirnya bisa menguasai dirinya dari ketegangan yang baru saja berakhir. Seperti ada Gerhana kebahagiaan pada kamar dilantai empat itu, Meski semuanya salin merasa banyak menahan diri. Atas keinginan serta pikirannya masing-masing.



~~ 🌹 CERBUNG : SANG PERAWAT EDISI 2 🌹 ~~



Malam kian merangkak perlan dan menyelimuti kawasan sebuah rumah sakit, Disebuah ruang kamar lantai empat nampak hening mencekam. Namun didalamnya serasa ada sebuah aura kebahagian yang sedang dirasakan oleh sosok tubuh wanita paruh baya yang sedang tergolek tak berdaya, Ia pun terus tersenyum seolah sedang mengkhayalkan sesuatu yang berharga bagi dirinya serta orang-orang yang ia kasihi selama hidupnya.

"Oohh!! tuhan andai saja tubuh yang tua ini bisa kembali perkasa, Entah rasa bahagia apa lagi yang akan aku alami. Meski tubuh tua ini hanya bisa memandang haru"...

Bagai sebuah buku yang akan ditutup, Wanita paruh baya yang tak lain adalah Nyonya Reny itu pun tersenyum dan terus tersenyum, Hingga matanya terpejam untuk selamanya...

Cerah pagi hari tak secerah hati dan perasaan seorang perawat bernama Zita Mazita. Bagai anak ayam kehilangan induk. Iya menangis tersedu bahkan meraung. Dan sepertinya tidak perduli lagi akan keadaan sekitar serta skil jiwanya.

"Aammpuunnii akuu!! buu! yang tidak pernah peduli akan keinginanmu...Buu!! harus dengan apa lagi aku menebus semuanya....Diri ini terlalu hina untukmu ibuu!"..

Zita pun terus menangis sambil meneluki jasad nyonya Reny hingga sebuah tangan menepuknya dan memberi ketenangan jiwanya.

"Sudahlah mbak!! semua akan ada akhirnya, begitu juga diri kita nantinya. Tak ada yang perlu disahlakan dan jangan pernah merasa menghukum diri sendiri mbak, Semua sudah ada pada jalannya masing-masing".....Ungkap seorang sahabat bernama Widya dan para perawat serta dokter Amrana yang turut hadir untuk mengucapkan belasungkawa.

Sang perawat Zita Mazita pun berusaha untuk tegar, Dan sambil masih menangis sesegukan ia pun berkata pada sahabatnya Widya........"Izinkan aku mengantarkan jenazah nyonya Reny sampai ketempat peristirahatan beliau yang terakhir".

"Widya pun tersenyum sambil mengangguk"...

Seiring waktu yang kian berlalu dengan begitu cepatnya, Nama Nyonya Reny Anggreany Nyimas Putri kini hanya tinggal pusara berserta taburan bunga-bunga segar namun mengandung duka mendalam, Terutama bagi sang keluarga tercinta. Seiring pemakaman nyonya Reny yang telah rampung para sebagian para pelayat dan saudara serta kerabat terdekat mulai meninggalkan area pemakaman. Namun tidak seperti Virkam sang anak berserta seorang perawat Zita Mazita yang merasa sangat kehilangan orang yang baru dikenalnya selama sepekan. Kedua orang tersebut masih terus dirundung selimut duka yang mendalam.

"Buu! maafkan aku yang tidak bisa mengurus atau mengerti apa yang kau inginkan aku hanya manusia bodoh yang selalu penuh kekurangan dan tentunya sangat tidak pantas untukmu dan bersamamu".

Sambil meratap dipusara nyonya Reny, Zita pun kembali menangis meratapi semua yang telah terjadi, Begitu pun dengan Virkam yang hanya diam tak kuat menahan kepergian ibunya. Angin sore diarea pemakaman terus berhembus seolah mewarnai dengan nyanyian duka. Akhirnya dengan langkah gontai sang perawat Zita Mazita melangkah meninggalkan tempat peristirahatan abadi nyonya Reny tanpa pamit kepada Virkam. Melihat sang perawat berlalu, Virkam yang sejak tadi diam langsung membuka suara dengan nada terbata-bata.

"Heeyy! hendak kemana kau, Urusanmu denganku belum selesai".

Zita pun tersentak dan berdiri mematung, Hingga akhirnya memberi suatu jawaban.

"Aku mengerti yang kau rasakan dan aku tidak akan lari dari semua ini, Termasuk untuk biaya rumah sakit aku akan mengurus semampuku"...Jawabnya dengan perasaan tegang.

"Bukan itu yang ingin aku bahas, Aku hanya butuh sesuatu darimu? Masalah kepulanganmu biar nanti kau aku antar pulang"

Zita pun kembali dihantui bermacam pertayaan pada hati serta perasaannya dengan langkah kaku ia pun kembali menghampiri Virkam.

"Kau tahu disini ibuku baru saja diistirahatkan ketempat abadinya, Mungkin tak perlu aku jelaskan perasaan duka antara kau dan aku tentu sama. Disini dimakam ibuku yang masih bertanah merah dan bertabur bunga aku ingin memutuskan sesuatu agar ia tahu, apa yang telah ia inginkan tercapai serta bisa membuat jiwanya tenang dalam keabadiannya. Kuharap kau pun mengerti serta menerimanya dengan ikhlas".

Zita pun mengangguk...."Seperti yang aku ucapkan tadi aku tidak pernah akan lari dari semua ini".

"Zitaa! sebelum aku berkata lebih jauh lagi, Aku minta maaf atas semua keinginan ini yang mungkin di matamu teramat bodoh bahkan rendah. Aku tak ingin mengecewakan ibuku, Dan ditempat ini aku berjanji demi keinginan dirinya serta diriku juga nantinya. Maukah kau hidup bersamaku sekaligus menjadi perawatku selamanya".

Zita pun kembali tersentak, Bagai dalam mimpi ia pun langsung membuka kata..."Virkam apa yang ada pada diriku sungguh jauh dari apa yang mungkin kau harapkan nanti. Kau tahu apa jadinya bila seandainya kau tahu ternyata aku hanya seorang manusia rendah yang jauh dari kesempurnaan. Aku tidak ingin ada yang terluka untuk yang kedua kali"....Ucap Zita dengan nada parau.

"Aku pun tak ubahnya seperti yang telah kau katakan, Kau tahu tanpa menceritakan latar belakang dirimu. Aku sudah tahu, Karena apa yang ibuku katakan terhadapku selalu jadi yang terbaik tanpa perlu aku mengoreksinya. Dan termasuk dalam menilai dirimu".

Hening kembali tercipta hingga Virkam pun kembali membuka kata sambil meraih tangan sang perawat itu.

"Zita jika banyak kekurangan dari diriku, Anggap saja kau mengurus ibuku yang kedua kali. Meski dengan wujud yang berbeda"....Ungkap Virkam meski agak terbata-bata.

Dengan air mata masih di pipinya Zita pun memberanikan diri membelai wajah serta rambut Virkam...."Dimataku kau lelaki sempurna yang baru aku dapatkan, Semoga kekurangan jiwaku bisa tertutupi dengan kehadiran dirimu. Dan makam ini jadi saksi ucapanku, Semoga ibumu tersenyum bahagia dan merestui ini semua, Asal kau tahu Virkam tidak ada tuntutan dariku terhadapmu".

Meski agak tersenyum dingin Virkam pun meraih pinggang perawat itu, Begitu pun dengan Zita. Lalu keduanya salin berpelukan bagai mendapat tempat sandaran hidup masing-masing, Baik suka mau pun duka. Dan akhirnya keduanya melangkah meninggalkan Area pemakaman untuk kembali menjalankan lembar kehidupan baru selanjutnya.


~~ 🌹🌹 TAMAT 🌹🌹 ~~


















Labels:

Saturday 28 July 2018

Cerbung : Sang Perawat


🌹 Cerita Ini Hanya Fiktif & Bualan Belaka 🌹

🌺 CERBUNG : Edisi Pertama 🌺




SANG PERAWAT




Derap langkah sepatu memasuki lantai rumah sakit dengan tergesa-gesa tidak berapa lama ia sudah bediri dipintu sebuah Lifs yang akan membawa dirinya kelantai 4 sebuah kamar kelas VIP. Dalam hitungan menit ia sudah berada disebuah kamar, Tampak terbaring sosok seorang wanita paruh baya dengan mata berkaca-kaca memandangi seorang pria berbadan tegap yang telah berdiri dihadapannya.

Dan nampak seorang wanita paruh baya itu bangkit sambil terbatuk-batuk, Ia pun dengan tubuh yang lunglai berusaha mengangkat tubuh tuanya itu.

"Uuuhuukkss!!..uuhukks!!....uugg"..

"Akhirnya kau datang nak, Oiya apakah sebelum kesini kau sudah kerumah nak?....Tanya wanita paruh baya itu.

"Eehh! apa kehadiranmu ke Jakarta ini kakakmu sudah tahu Virkam.....

"Aku sudah sempat kerumah buu!!.. Dan masalah mas Jaey mau tahu atau tidak aku keJakarta itu tidak penting bagiku. Aku hanya ingin berharap ibu bisa sehat sedia kala seperti dulu, Dan jangan pernah memikirkan yang tidak-tidak yang dapat memperburuk kondisi ibu"...

"Mendekatlah kesini Virkam".

Lalu wanita paruh baya itu dengan perasaan haru membelai-belai rambut putra kesayanganya itu sambil tersenyum teduh.

"Kau semakin dewasa dan mapan nak!!, Ibu tahu apa yang kau rasakan saat ini. Namun ibu juga percaya tanpa ibu paksa kau pun juga bisa mencari pendamping hidupmu kelak".

"Aahh!! sudahlah buu! aku kesini ingin melihat ibu sehat dan masalah diriku ibu tak perlu terbebani bu, Yaa! toh aku juga masih nyaman dengan kesendirianku kok buu!!......Seru Virkam yang tak lain anak dari wanita paruh baya itu.

"Virkam!....Ibu percaya kau mampu mengurus ibu ketimbang saudara-saudaramu yang lainya, Tapi sebagai orang tua ibu juga khawatir akan kondisimu. Diusiamu yang sudah 35 tahun ini seharusnya kau sudah mempunyai seorang pendamping hidup bahkan sudah mempunyai momongan untuk ibu, Jadi setidaknya kau pun harus bisa mencari calon istri selama ibu masih bersamamu nak".

Virkam pun hanya terdiam membisu.....Sedang asik bercakap-cakap kedua ibu dan anak itu dikejutkan dengan suara alarm waktu berbunyi dan nampak seorang asisten perawat menghampirinya dan berkata.

"Maaf jam besok sudah habis pasien butuh istirahat dengan tenang silahkan bapak keluar dari ruangan ini terima kasih"......Seru sang asisten.

"Beri saya waktu setengah jam lagi", Jawab Virkam.

"Tidak bisa pak!! Silahkan bapak keluar"...Jawab asisten perawat.

"Heeyy asal kau tahu aku bisa bayar lebih rumah sakit ini asal kau turuti kemauan kami".

Belum sempat asisten perawat itu kembali bicara tiba-tiba kepala perawat muncul sambil tersenyum..."Maaf yang sakit disini bukan ibu anda saja masih banyak yang perlu kami urus, Kami menjalankan tugas berpacu dengan waktu pak! Lekas bapak keluar dan saya juga tidak suka adanya kekerasan diruang ini mohon pengertian bapak".

Lalu dengan suara terseok-seok wanita paru baya itu pun angkat bicara terhadap anaknya Virkam.

"Sudahlah nak! ibu tidak apa-apa, Tinggalkan ibu sekarang juga dan lagi pula bukankah pekerjaanmu masih banyak"

"Baiklah kalau begitu buu!! aku turut saran ibu"....Dengan nada kesal akhirnya Virkam pun keluar dari ruang rawat VIP itu, Dan sebelum ia berlalu. Dirinya menyempatkan diri berbicara kepada kepala perawat itu.

"Harap kau ingat berikan yang terbaik untuk ibuku, Jika tidak aku bisa saja memberhetikanmu dari pekerjaanmu yang sekarang".

"Saya lebih tahu dari anda, Saya harap anda tidak berbicara yang berlebihan-lebihan. Perlu ada ingat jaga sikap bicara anda disini anda bukan siapa-siapa" ......Seru kepala perawat dengan tegas.

Suasana nampak hening sejenak setelah Virkam berlalu dari ruang VIP rumah sakit. Tiba-tiba wanita paru baya itu pun berkata.

"Maafkan kelakuannya Sus!!....Percayalah sama ibu, Ia itu anak baik cuma pendiriannya yang keras"

"Ok noproblem nyonya Reny, Lupakan itu semua dan sekarang saya akan memberikan cairan asupan gizi pengganti makanan, Saya harap nyonya menerimanya dengan baik dan setelah itu nyonya bisa beristirahat dengan tenang"......Lalu keduanya tersenyum.

Malam menjelma lobi-lobi rumah sakit mulai banyak ditinggalkan para pengunjung dan diruang suster serta perawat nampak juga sudah mulai berkemas-kemas pulang ditengah hiruk pikunya ruangan, Nampak seorang asisten perawat berteriak memanggil pimpinannya.

"Mbaakk!!!...mbak! Zitaaa!!, Gimana perseteruannya dengan pemuda Tampan tadi apakah masuk kreteria mbak Zita..??" ......Seru sang asisten sambil menggoda.

"Huuss!! kamu ini widya kalau sudah lihat lelaki langsung deh jelalatan, Kenapa nggak tadi aja kamu yang hadapi tadi haayooo!! aaahhh!! mulai kan.? Ingat suamimu dirumah haayooo!! lho".

Lhoo!! kok saya toh mbak yang disalahkan, Justru itu kesempatan mbak Zita mumpung lagi kosong, Lumayanlah mbak buat penjajakan dahulu kali-kali cucok boo!!"...

"Huuuuuu!! kamu itu kalau sudah ngegosip, Lhaa! gimana mau penjajakan belum apa-apa sudah kaya singa ucapannya, Tapi aku malah sebal dan kasian jadinya sudah galak Jones pula lagi."

"Eeehh!! dia itu bukan jones..Tapi jomblo, Gimana nih mbak Zita".

"Apa bedanya sama-sama nggak laku Haaahaaa!!"

Lalu keduanya tertawa sambil bercanda dan akhirnya melangkah pulang.



~~🌹 Cerpen : Sang Perawat 🌹~~



Pagi yang cerah kembali menjelma mewarnai sebuah rumah sakit mewah dikota Jakarta. Aktivitas pun pekerjapun seperti biasa dan para pasien rumah sakit pun mulai menjalani perawatan masing-masing. Serta sebagian para pembesukpun kembali beraksi. Disebuah lantai empat nampak seorang wanita berpakaian putih dengan anggunnya memasuki sebuah ruang VIP dengan senyum dan raut wajah tenang.

"Pagi nyonya Reny!".....Zita dengan sangat ramah menyapa nyonya Reny..

“pagi Sus Zita”.....Wanita paruh baya itu membalas sambil tersenyum..."Wahh sepertinya nyonya lebih segar sekarang! Ayoo! nyonya, Lekas sarapan dulu ya"

Zita memberikan piring menu sarapan ala rumah sakit kelas VIP pagi itu.

"Siap sus Zita”.... Sambil menjawab nyonya Reny tertegun menatap Zita.... “Sus Zita aku sedang membayangkan seandainya dirimu adalah menantuku.? Apakah dirimu juga sebaik dan seramah seperti sekarang ini"...Pelan nyonya Reny membuka kata.

Kepala perawat bernama Zita mazita itu pun sedikit tercengang namun kembali membuka senyum.

"Sudahlah nyonya jangan terlalu banyak berpikir jauh agar tidak mengganggu kesehatan diri nyonya"

"Tidak sus Zita justru keadaanku membaik seperti ini berkat adanya dirimu, Dan aku mengenalmu hampir sebulan akan tetapi seperti sudah hampir setahun lebih"......Dengan sigap nyonya Reny meraih tangan perawat itu sambil membelai-belai rambutnya dan kembali berkata.

"Kamu cantik aku senang bisa bersamamu disini, Beruntung sekali pria yang sudah memilikimu kau sudah berkeluarga sus Zita, Dan berapa putra atau putrimu sekarang".

Zita pun tertegun malu...."Nyonya apa yang nyonya bayangkan belum tentu sama dengan yang ada pada diriku sekarang, Aku cuma seorang perawat biasa yang banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna".

"Tidak sus Zita bagiku kau wanita luar biasa. Oohh! yaa! kapan-kapan bawalah anak serta suamimu aku ingin lebih mengenalnya Sus".....Zita pun menarik nafas dalam-dalam.

"Seperti apa yang telah nyonya dengar dari saya tadi...Dan kalau boleh aku jujur semua itu telah berlalu ditelan waktu, Jadi apapun yang nyonya gambarkan sangat jauh dari yang nyonya harapkan".

"Maafkan aku sus Zita bukannya aku sok merasa hebat atau pingin tahu tentang jalan hidupmu, Tapi apa yang aku ucapkan semua murni dari lubuk hatiku yang paling dalam. Apakah kau belum menikah sus Zita.....Seru nyonya Reny.

Zita pun menggelengkan kepalanya, Dan terlihat ada raut kesedihan diwajahnya......"Tapi sudahlah nyonya, Bukannya saya tak ingin berbagi dengan nyonya tapi nyonya butuh istirahat dan aku bertanggung jawab atas kondisi diri nyonya sekarang ini. Maafkan aku nyonya".

"Kau tak perlu kawatirkan diriku sus Zita justru keadaanku membaik sangat sederhana seperti yang kau lihat sekarang ini, Dan aku siap membelamu jikalau ada yang salah persepsi dengan dirimu. Termasuk anakku sendiri".

Suasana semakin hening hanya hembusan angin AC yang sedikit mengelilingi ruangan VIP kamar rumah sakit dilantai empat itu......Zita pun semakin bingung dan kalang kabut, Akan tetapi dirinya enggan meninggalkan nyonya Reny begitu saja seorang diri.

"A..aa..ku, Sudah tidak berkeluarga lagi nyonya. Semuanya telah kandas bahkan hanya seumur jagung, Tapi semua itu sudah berlalu Nyonya dan apa yang sekarang ini aku lakukan sudah cukup membuatku bersyukur dan senang".....Jawab Zita dengan mata sembab.

Nyonya Reny pun tersenyum dan ia kembali membelai rambut Zita....."Apapun yang ada pada dirimu tetap tidak akan merubah pendirianku, sus Zita tetap wanita luar biasa untukku. Aku pun sudah menganggap kau seperti anakku sendiri jadi kau tak perlu sungkan dengan keadaan dirimu sekarang ini".

Bagai seorang ibu dimatanya. Perawat bernama Zita mazita itu pun langsung memeluk tubuh wanita paruh baya itu, Seolah punya sandaran untuk berbagi untuk dirinya. Setelah selesai mengurus nyonya Reny Zita pun kembali beralih kepara pasien-pasien berikutnya, Hingga siang menjelma.



~~🌹 Cerpen : Sang Perawat 🌹~~




Angin senja terus menggulir ke arah barat menandakan pentang akan berakhir menuju malam, Dan deru mesin kendaraan ibukota semakin mengurai seolah tak tentu arah. Disebuah kantor pusat ibukota Jakarta tampak seorang pria sedang berkemas-kemas merapikan arsip-arsip kerjanya dan menuju pulang.

Tookk!!..took!! pintu sebuah ruang kantor diketuk seseorang....."Sore pak virkam, maaf mengganggu"....Seru seorang staf kantor bernama Bubu.

"Saya ingin minta bapak virkam menandatangani surat pengiriman barang ekspor untuk keluar negri, Agar besok kita tidak terkendala akan adanya pekerjaan dadakan esok pak".

Tanpa berkata pria bernama Virkam itu pun langsung menanda tanganinya....."Ok bubu terimah kasih, Kerja yang bagus dan mulai besok sebaiknya kita semua jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Karena posisi perusahaan kita sedang tidak stabil".

"Ok pak akan saya laksanakan dengan sepenuh hati, Dan saya pun akan kabari dengan staf-staf lainya. Saya rasa tidak ada lagi yang dibicarakan, Saya permisi pak"...Jawab Bubu sambil segera berlalu dari ruang kantor itu.

Virkam pun hanya mengangguk. Tidak berselang lama ia pun sudah berada diarea parkiran dimana ia menaruh kendaraannya. Meski sudah didalam mobil ia tak langsung menjalankan mobilnya, Melainkan duduk termenung didepan kemudi mobilnya.

"Sebaiknya aku tak langsung pulang. Aku langsung kerumah sakit saja menemani ibu, Semoga hari ini jam besuk agak panjang. Meski aku sendiri tidak tahu hari ini ada jam besuk atau tidak".

Virkam pun langsung menyalahkan mobilnya dan berlalu meninggalkan kantornya dalam hitungan jam ia sudah berada dijalan raya, Tanpa menunggu lama mobil yang ia kendarai sudah menuju jalan arah rumah sakit dimana ibunya dirawat.

Meski sedikit letih Virkam tetap bergegas menuju ruang VIP lantai empat dimana ibunya dirawat namun saat ia keluar dari Lifs tanpa sengaja ia bertubrukan dengan perawat bernama Zita.

"Brruukks"!.....Tangan Virkam segera menahan tubuh perawat bernama Zita agar tak terjerembab jatuh ke lantai marmer rumah sakit....."Aaauuw!!".....Seru Zita kaget.

"Maaf!", Seru Virkam.

Suaranya berat, tetapi ucapannya lembut dan mendayu-dayu. Ada perhatian yang menghangatkan ketika sepasang mata Virkam menatap wajah Zita sang perawat ibunya. Seolah tubuh Zita tak berdaya melihatnya.

Walaupun Zita berusaha menekan perasaannya, ketika perdebatannya tempo hari berakhir dengan dingin. Ia pun terus menguasai dirinya........"Persetan!!, Apa sih yang dimiliki pria ini"..Sehingga mampu mengembalikan rasa ingin kembali membuka jiwa untuk seseorang. Zita nampak gugup dan darahnya mengalir lebih cepat, membuat kepalanya semakin terasa berputar-putar tak menentu.

Karena berada begitu dekat dengan dirinya, Virkam menggunakan jas hitam, berdiri menatap wajahnya.. Tampak menggairahkan dengan sikapnya yang santai. Senyumnya lebar dan mengundang, Matanya yang kecoklatan bersinar ramah. Rambutnya yang berwarna hitam, sedikit acak-acakan seolah hanya disisir dengan jari tangannya, Tapi ia tetap seksi. Ia memakai celana hitam sama dengan jas yang ia gunakan. dan kemeja polo biru di balik jas hitamnya, tak mampu menyamarkan badannya yang tegap dan berotot. Penampilan rapinya dan semakin mencermikan pria matang dan mapan.

"Dimana kau taruh matamu siih!!", Tepis Zita mengelak. Dan sedikit gugup.

"Sudah aku katakan aku tidak sengaja dan agak tergesa-gesa, Ok saya rasa kau pun tidak apa-apa dan lupakan semuanya. Oiya! gimana kondisi ibuku apa sudah membaik.? Aku pun berharap ibuku lebih baik dari kemarin-kemarin, Dan hari ini aku menemaninya sekitar 1 hingga 2 jam".

Setelah dapat menguasai dirinya dengan tenang Zita pun berkata.

"Ooh! ternyata anda ini bodoh atau memang sudah pikun, Dengar kesehatan ibumu lebih baik ketimbang kesehatan dirimu. Jadi sangat memungkinkan mungkin anda yang harus perlu perawatan medis, Ingat perlu kau ketahui tak ada jam besuk hari ini bukan hanya ibu anda semua pasien disini sama. Jelas".....Balas Zita sekaligus menyindir Virkam.

"Ooh!! ternyata seorang perawat suka juga berbangga diri, Mungkin biar orang tahu kalau kau merasa paling hebat. Semua itu tidak berlaku untuk diriku dan aku tak mau membuang waktuku hanya untuk berurusan dengan kau".....Tanpa peduli Virkam langsung menuju ruang kamar dimana ibunya berada.

"Heeii!! ibumu baru beristirahat, kalau kau memaksa menemuinya hanya untuk mengganggu kondisinya saja".....Namun apa yang diucapkan Zita, Tak membuat Virkam berhenti menuju kamar ibunya.

"Dasar kepala batu"....Bentak Zita kesal, Namun ia tidak dapat berbuat banyak. Akhirnya mau tidak mau ia kembali keruangan kerjanya dilantai satu.

Malam semakin meninggi Virkam hanya bengong ditepi tempat tidur dimana ibunya sedang berbaring dengan kondisi tertidur nyenyak. Dan ia pun tak berani membangunkannya, Hingga dirinya terasa jenuh.

"Huuffss!! tak mungkin aku membangunkan ibu. Kondisinya sudah membaik cuma pernafasan paru-parunya saja yang agak tersedak-sedak. Tapi setidaknya aku sudah berusaha semampuku untuk mengurus serta menjanganya. Buu!! maafkan aku yang belum mampu membuatmu bangga serta tersenyum".

Jenuh dan bercampur galau akhirnya Virkam pun membiarkan ibunya beristirahat dengan tenang......"Sebaiknya aku pulang saja, Benar juga kata perawat yang menyebalkan itu seharusnya aku tidak menggangu ibu. Semestinya ia beristirahat dengan tenang tanpa ada suara-suara gaduh yang sudah kuperbuat tadi".

Akhirnya dengan perlahan Virkam meninggalkan ruang VIP dimana ibunya dirawat, Tidak beberapa lama ia pun sudah berada dilantai bawah dan menuju dimana ia memarkirkan mobilnya. Ia pun melangkah berat namun bebas, Dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Meski ada sepasang mata yang mengawasinya.

"Heemm!! sudah kuduga akhirnya dia tidak bertahan lama diruang ibunya sendiri. Yaa!! menurutku itu lebih bagus demi kesehatan ibunya sendiri dan setidaknya kerjaku tidak sia-sia dalam mengurus pasien dirumah sakit ini. Eeeh!! Kenapa aku jadi kepikiran dia terus huuffs!! menyebalkan".....Zita pun kembali merapikan arsip kerjanya serta data para pasien hingga melembur sampai pagi hari, karena ia terkena tugas malam.

Hari kian berganti aktifitas Virkam pun kiat padat sehingga dalam kesehariannya ia hanya berkutik dengan pekerjaan serta mengurus ibunya dirumah sakit. Namun karena tuntutan sebuah pekerjaan Virkampun hampir jarang mengunjungi ibunya bahkan hanya seminggu sekali, dan itu pun hanya sore hari selepas ia pulang kerja. Hingga dihari senin pagi nyonya Reny pun mengalami sesak nafas hebat, Ia pun memencet tombol darurat pada tempat tidurnya untuk memanggil suster untuk mendapatkan pertolongan.



~ BERSAMBUNG ~














Labels:

Thursday 7 June 2018

Cerpen : Hilang Ditelan Malam Yang Kelam

Emde1

Cerita Ini Hanya Fiktif & Bualan Belaka

Cerpen : Edisi Satu / Selesai


Pagi yang sejuk mewarnai sebuah desa dengan desiran semilir angin pagi daun-daun serta pepohonan nampak subur, Ditambah kemilau padi yang mulai menguning. Seolah mendai cerahnya hari serta kehidupan yang abadi.

Namun semuanya itu tidak membuat kebahagian yang berarti dimata seorang pria paruh baya bernama Hermansyah. Meski ia kerap bertani dan bercocok tanam namun semuanya itu tanah milik orang lain, Ia hanya mengurus saja demi bisa mendapatkan sesuap nasi dan menghidupi anak semata wayangnya bernama Reny.

lahir dalam keluarga petani yang miskin. Hermansyah tak pernah memiliki penghasilan cukup walaupun telah berjuang keras. Pada sebuah musim kemarau ia mengalami gagal panen. Terpaksa Hermansyah meminjam pada tengkulak demi bisa makan dan membeli bibit serta pupuk. Musim panen berikutnya ternyata harga gabah jatuh. Tak mampu membayar, tengkulak ahirnya mau tidak mau ia harus menyerahkan satu-satunya aset produktif seorang petani yaitu sawah.

Tanpa tanah bagi Hermansyah bukanlah petani lagi. Hidup semakin sengsara. Hermansyah berusaha mencari nafkah dengan berjualan bubur ayam di trotoar alun-alun kota. Modalnya ia pinjam lagi dari tengkulak karena bank tak mau memberi pinjaman pada petani tanpa tanah.

Tiga minggu berjalan, tiba-tiba satpol PP datang bergerombol. Gerobak bubur ayamnya dirampas paksa. Hermansyah meraung keras, berusaha melawan namun tak kuasa. Apa daya, ia ditangkap dan dibawa ke kantor dengan tuduhan mengganggu keindahan kota dan menjadi provokator yang menghasut massa melawan petugas. Ia diringkus aparat, diberi cap kriminal. Gerobak yang dirampas tak dapat diambil. Modal yang berasal dari utang tak dapat dikembalikan. Tengkulak meradang. Rumah kecil reot yang berdiri di tanah sempit di pinggir sawah yang selama ini menjadi tempat berteduh dirampas untuk membayar utangnya.

Hermansyah tak kuasa menahan derita. Ia gantung diri menggunakan selendang istrinya yang telah wafat 2 tahun lalu akibat sakit akut yang berkepanjangan karena tidak ada biayaya untuk berobat. Dan tinggal jauh dari perkotaan.

Reny pun menangis histeris atas kematian ayahnya ia tak tahu harus berbuat apa dan kemana lagi harus mengadu. Matanya terus berkaca-kaca sampai akhirnya ia harus pasrah diusia yang masih belia harus menjadi anak yatim piatu.

Tak tega meliha keadaan Reny, Seorang pemuda Ganteng rupawan wele-wele wah..😱😂 yang bernama Emde melamarnya.

Suami Reny merupakan seorang pekerja keras, jujur dan penyayang walau berpenghasilan pas-pasan...😱😱 Reny pun tak pernah mengeluh dengan penghasilan suaminya, baginya yang terpenting ia memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat bersandar di kala sedih, orang yang akan selalu melindunginya. Tak perduli ia seorang buruh kasar yang tak mampu memberikan jaminan kehidupan di masa depan. Reny sangat bahagia dengan suaminya, tak lama Reny pun hamil.

Waktu berjalan begitu cepat, Reny merasakan perih di perutnya. Air ketubannya pecah, ia harus di bawa ke Rumah Sakit. Emde sang suami panik, sebagai buruh kasar dengan penghasilan pas-pasan ia tak mampu menabung. Ia tak punya uang untuk membayar biaya persalinan, bahkan kontrakannya saja bulan ini belum dibayar. Namun ia ingin anak dan istrinya selamat. Ia ingin melihat senyum sang istri ketika menyusui anaknya. Ia ingin mendengar tangis anaknya yang pertama. Ia tak punya pilihan. Maka ia meminjam pada mandornya, tanpa izin. Ia mencuri bahan bangunan dan menjualnya pada penadah demi anak dan istrinya. Ia tidak tertangkap namun ia berhenti bekerja karena rasa bersalahnya pada sang mandor.

Persalinan itu berjalan lancar. Namun masalah kembali muncul. Setelah dipecat oleh sang mandor, Emde pun kesulitan mencari kerja sangatlah sulit. Membuka usaha baru juga butuh modal. Sedangkan istrinya Reny butuh makan. Anaknya butuh ASI. Ia berniat meminjam pada tetangga sekedar untuk makan, namun berhari-hari mencari utangan tak kunjung didapat. Para tetangganya juga orang miskin, sama sepertinya. Karena sering tak makan dan menahan lapar, ASI Reny untuk anaknya mulai mengering. Emde sang suami tak kuasa melihatnya. Ia nekat mencuri ayam di desa sebelah, namun malang ia tertangkap basah. Massa yang marah besar mengepung serta memburu dan membakarnya hidup-hidup Emde meronta dan meraung-raung menahan panas yang tak terhingga hingga akhirnya Ia tewas meregang nyawa.

Malam mulai meninggi disebuah rumah kontrakan tanpa seorang bayi mungil terus menangis tanpa henti memecah keheningan malam kelam, Bayi itu terus meronta seolah ingin meminta serta mengatakan sesuatu.

Seolah berkata dari sang bayi, "Aku lapar ibu..berikan aku ASI-mu”

Sang ibu lirih menjawab....“Maaf nak, ASI ibu kering...Ibu jarang makan 3 hari ini"

Bayi itu meraung keras seolah pasrah, Tak lama berselang para tetangga datang kerumah Reny dengan langkah berat dan tergopoh-gopoh sambil berkata.

“Mba Ren!!....mba Reenn!!, suamimu mati dibakar massa”

“Ia kepergok mecuri ayam didesa sebelah”........Seru para tetangga.

Bagai disambar petir tengah hari Reny pun hanya diam mematung. Badannya menggigil sambil terus mendekap anaknya yang baru dalam hitungan bulan.

Suasana malam semakin kelam seiring para tetangga meninggalkan rumah Reny, Dan tampak tubuh seorang lelaki yang telah hangus tergeletak kaku tak berbentuk. Hening terus menjelma hingga Bayi itu telah berhenti menangis, Sekarang matanya terpejam tenang.

Terpejam tenang bersama ibunya, Dalam sebuah lubang sumur di belakang rumahnya.


~ THE ~ END ~

BONUS DARI CERITA INI SILAKAN DOWNLOAD MP3 DIBAWAH INI..😋😜

Nike Ardilla - Matahariku Mp3

Size : 4.60 MB

Title : Matahariku

Album : Matahariku ( 1992 )

Artist : Nike Ardilla

Duration :00:05:01


"DOWNLOAD" namatahariku.mp3




Labels:

Testing