Cerbung : Sang Perawat Edisi 2
Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka Cerbung Edisi Kedua
Nyonya Reny menggelepar-lepar menahan nafasnya yang kian sesak setelah memencet tombol darurat yang ada pada tombol tempat tidurnya terdengar suara dari speker mini pada ruangan rumah sakit kelas VIP itu. "Ok bantuan akan segera tiba, harap sabar menunggu".....Jawab dari speker tersebut. Braak!! pintu ruangan kamar nyonya Reny dibuka, Dengan tergesa-gesa asisten perawat bernama Widya dengan sigap langsung memasukan selang pernafasan oksigen kenyonya Reny. Dan sedikit demi sedikit nyonya Reny mulai bisa berbicara meski sedikit agak pelan. "Di..maa..na sus Zita"... "Mbak Zita barusan pulang nyonya karena dia semalam lembur, Sebaiknya nyonya jangan banyak bicara dulu. Tenangkan diri nyonya. Lalu beristirahatlah antara satu atau dua jam. Dan setelah itu nyonya baru bisa saya beri makan. Ok nyonya saya sekarang akan menelpon dokter agar nyonya dapat ditangani secara serius".. Nyonya Reny mengangguk pelan dan akhirnya asisten perawat bernama widia meninggalkan nyonya Reny guna memanggil dokter. Namun sebelumnya ia menghubungi Zita sang kepala perawat yang juga sahabatnya. Dering ponsel berbunyi sangat nyaring, Lalu seorang wanita bergegas menuju suara ponsel itu dimana ia meletakkannya. Dalam hitungan detik ponsel sudah berada pada tangannya. "Iyaa!! Wid ada apa? ...seru wanita itu. "Waahh!! mbak Zita gawat niih!!, Nyonya Reny pagi tadi mengalami sesak nafas hebat...Mbak bisa kan siang nanti kembali kerumah sakit"....Ucap Widya. "Oohh!! kau sudah tangani Wid? ..Sudah mbak bahkan aku berencana memanggil dokter Amrana... Agar kita tidak telat dalam mengatasi pasien berpenyakit tinggi"..."Ok Wid tunggu aku setengah jam lagi aku segera kesana".....Akhirnya pembicaraan pada ponsel pun terputus setelah keduanya salin sepakat. "Heemm!! untungnya pagi tadi aku sudah istirahat jadi dengan meminum multi vitamin tubuh aku bisa beraktifitas kembali. Yaa! aku memang harus kesana apapun itu aku sudah menganggap beliau ibu kandungku sendiri sebaiknya aku berkemas-kemas". Setelah merapikan rumahnya wanita yang bernama Zita mazita itu segera menuju rumah sakit dimana dia bekerja. Sesampainya ia disana ia pun langsung menuju ruangan lantai empat dimana nyonya Reny dirawat. Ia pun merasa lega karena dokter Amrana telah lebih dahulu berada diruangan nyonya reny. "Siang dokter Amrana"...sapa perawat bernama Zita. "Oohh! kebetulan sekali sus Zita masuk kembali hari ini, Dan selamat siang juga jadi saya tidak perlu menjelaskan masalah pada pasien nyonya Reny keesokan harinya". "Itu sudah jadi kewajiban saya dokter, Oiya gimana keadaan nyonya Reny sekarang dok". Akhirnya dokter Amrana menjelaskan apa yang dialami pasien bernama nyonya Reny dengan seksama. "Yaa!! begitulah sus Zita, Selain pernafasannya yang akut. Nyonya Reny juga mengalami penyakit paru-paru beruntung fisik sang pasien begitu kuat jadi kondisi beliau terlihat tidak terlalu drop"...Seru dokter Amrana. Perawat bernama Zita Mazita terlihat manggut-manggut serius......"Ok dokter apa pun itu saya berserta dokter setidaknya kita tetap berusaha menangani pasien kita agar mendapat kesehatan terbaik". "Yaa! betul sekali sus Zita, Dan jika sudah tidak ada yang dipertanyakan lagi saya pamit dulu"....Jawab sang dokter. Akhirnya setelah dokter Amrana berlalu dari ruang kamar nyonya Reny dirawat, Perawat Zita membiarkan nyonya Reny beristirahat dan ia pun juga berlalu menuju ruang kerjanya. Sesampainya ditempat itu ia pun bertemu dengan asistennya yaitu Widiya. "Gimana mbak Zita kondisi nyonya Reny"..
"Alhamdullilah Wid agak membaik untuk saat ini. Yaa! semua itu berkat dirimu jugakan....Seru Zita sambil tersenyum. "Huuffs! paling bisa deh kalau merayu mbak Zita ini, Intinya semua itu berkat, Dokter Amrana, Mbak Zita jugalah". "Eehh!! tapi ngomong-ngomong apa keluarganya sudah tahu keadaan nyonya Reny yang krissis tadi pagi"...Tanya Widya. "Belum.sama sekali Wid, Tapi aku memang harus menghubunginya. Dan pria itu satu-satunya yang memang harus dihubungi karena cuma dia yang lebih sering kesini, Tetapi aku harus menanyakan nomor yang bisa dihubungi kenyonya Reny dahulu". "Oohh! ternyata ada rasa kangen juga yaa!! mbak Zita"....Ucap Widya. Sebelum berlalu sambil tersenyum menyindir. "Kamu itu maunya apa sih Wid!, Awas kamu yaa!!" "Widya pun tertawa puas sambil berkata....."Daahh! mbak Zita, Tahan dulu yaa!! kangennya"..Zita pun hanya tersenyum dongkol sambil mengepalkan tinju pada sahabatnya itu. Dan setelah mendapatkan nomor dari nyonya Reny sang perawat Zita Mazita itu pun langsung menghubungi Virkam anak sang nyonya Reny. Meski harus kerap menghubungi berkali_kali.
"Alhamdullilah Wid agak membaik untuk saat ini. Yaa! semua itu berkat dirimu jugakan....Seru Zita sambil tersenyum. "Huuffs! paling bisa deh kalau merayu mbak Zita ini, Intinya semua itu berkat, Dokter Amrana, Mbak Zita jugalah". "Eehh!! tapi ngomong-ngomong apa keluarganya sudah tahu keadaan nyonya Reny yang krissis tadi pagi"...Tanya Widya. "Belum.sama sekali Wid, Tapi aku memang harus menghubunginya. Dan pria itu satu-satunya yang memang harus dihubungi karena cuma dia yang lebih sering kesini, Tetapi aku harus menanyakan nomor yang bisa dihubungi kenyonya Reny dahulu". "Oohh! ternyata ada rasa kangen juga yaa!! mbak Zita"....Ucap Widya. Sebelum berlalu sambil tersenyum menyindir. "Kamu itu maunya apa sih Wid!, Awas kamu yaa!!" "Widya pun tertawa puas sambil berkata....."Daahh! mbak Zita, Tahan dulu yaa!! kangennya"..Zita pun hanya tersenyum dongkol sambil mengepalkan tinju pada sahabatnya itu. Dan setelah mendapatkan nomor dari nyonya Reny sang perawat Zita Mazita itu pun langsung menghubungi Virkam anak sang nyonya Reny. Meski harus kerap menghubungi berkali_kali.
Keesokan harinya pukul 15:00 petang Zita Mazita sedang asik! berbincang dengan nyonya Reny secara santai, Bahkan salin bercanda gurau layaknya seperti ibu dan anak, Dan tanpa mereka sadari semuanya itu disaksikan oleh seorang pria berjas hitam, yang tak lain adalah anak dari nyonya Reny yaitu Virkam. Namun tidak berselang lama kehadiran Virkam akhirnya diketahui oleh nyonya Reny ibunya. Melihat kehadirannya diketahui ibunya Virkam pun sedikit kaget, Meski ada keraguan pada hatinya untuk mendekat ibunya namun ia harus tetap menuju keibunya. Begitu pun perawat bernama Zita Mazita, Mengetahui ada yang datang ia pun mendadak canggung dan hanya menundukkan kepala sambil menatap arah yang berlainan arah. "Virkam mengapa kau hanya diam disitu lekas kesini nak!".....Sapa nyonya Reny. Virkampun segera menghampiri ibunya dan langsung mengatakan sesuatu....."Buu! maafkan Virkam", Sambil bersujud dihadapan ibunya. "Bangunlah nak!. Tak perlu kau khawatirkan ibu tidak apa-apa kok. Dirimu tak bisa hadir disini masih ada sus Zita penggatimu jadi tak perlu ada yang kau bebani nak!". Virkampun kembali terdiam sambil sesekali melihat wajah perawat bernama Zita, Begitupun sebaliknya hingga suasana kembali hening. Tak lama nyonya Reny pun kembali berkata"Virkam, dan kau sus Zita kalian pun tak ubahnya seperti anak-anaku, Dan apapun sifat kalian berdua ibu tidak pernah membeda-bedakannya semua sama dimata ibu. Karena apa yang ibu lihat dari kalian berdua adalah satu". "Ee..eehh!! anu nyonya"..... "Dengar Zita"...Potong nyonya Reny. Sambil membelai-belai rambut sang perawat itu nyonya Reny kembali membuka kata kembali...."Zita....Mulai hari ini aku akan memanggil namamu saja, Tanpa ada gelar atau apapun. Dan sebaiknya aku lebih suka kau memanggil mama atau ibu terhadapku, Kau maukan Zita. Naah!! mulai hari ini tidak perlu dirimu ada keraguan atau sungkan terhadapku Zita". Sang perawat Zita Mazita itu pun hanya mengangguk dan tersenyum dingin, Meski risih terhadap keadaan namun ia seberusaha mungkin tetap menunjukan jiwa profesional kerjanya dihadapan nyonya Reny. "Zita", Sapa nyonya Reny. "Iyaa!! nyonya...Eehh! Maah!!..Buu!!"....Serunya kaku. "Panggil aku ibu atau mama Zita". "Iyaa buu!"....Nyonya Reny punya tersenyum bahagia, Dan kini ia menoleh kearah Virkam anaknya yang sejak tadi diam membisu. Lalu meraih tangan Virkam dan menyatukan tangan keduanya. Bagai tersengat listrik keduanya diam bagai patung arca tak bernyawa. "Virkam kamu tahu seperti apa wanita suci itu nak!". Tak ada jawaban dari Virkam hanya hembusan angin AC yang mengalir perlahan diruangan rumah sakit kelas VIP itu. "Virkam Ibu terkadang suka berkhayal, Akan sangat bahagia bila melihat kalian duduk bersanding salin tersenyum. Dan kau Zita, Berkat dirimu ibu serasa mempunyai seorang menantu yang luar biasa. Kau pun nampak cantik luar dalam". Merasa canggung, Karena tangannya masih menyatu dengan tangan anak nyonya Reny ia pun berusaha mencari sesuatu agar dirinya tidak terlalu tegang dan perawat Zita Mazita itu pun langsung berkata meski sedikit ada perasaan canggung. "Oiyaa! bu aku hampir saja lupa ada beberapa vitamin yang harus ibu makan. Sebentar aku ambil dulu yaa!!". Nyonya Reny pun hanya mengangguk sambil tersenyum bahagia. Akhirnya sang perawat itu meninggalkan ruangan kamar nyonya Reny dengan perasaan lega. Begitu juga dengan Virkam yang akhirnya bisa menguasai dirinya dari ketegangan yang baru saja berakhir. Seperti ada Gerhana kebahagiaan pada kamar dilantai empat itu, Meski semuanya salin merasa banyak menahan diri. Atas keinginan serta pikirannya masing-masing.