Cerpen : Lukisan Pagi Kan Abadi
Cerita ini Hanya Fiktip & Bualan Belaka.
Pagi menyambut hari Jhaey nampak sedang merenungi diri membayangkan semua yang terjadi pada dirinya selama 9 tahun. Sejak ia diceraikan istrinya dan kini menduda. Rencananya hari ini ia akan menjumpai anak semata wayangnya yang selalu ia titipkan pada orang tuanya dikota Bandung...Sedangkan ia sendiri tinggal dikota Bogor yang berprofesi sebagai sopir taksi online. Sebagai orang tua yang sekaligus menjadi ibu dan ayah ia tak mau menelantarkan Kezza anak semata wayangnya yang masih seorang gadis kecil ikut bersamanya dikota Bogor. Karena sebagai sopir taksi online ia tak bisa selamanya terus mengawasi Kezza dengan benar. Sedangkan pekerjaan yang ia lakukan tak pernah ada kata hari libur jika ingin berpenghasilan lebih. Bahkan terkadang demi membiayai Kezza anaknya, Jhaey sering tak pulang kerumah, Atau pulang larut malam hingga pagi menjelang siang barulah ia kembali turun kejalan lagi.
Pagi terus merangkak naik, Jhaey masih terus hanyut dalam lamunan tingkat tingginya, Tanpa beranjak dari tempat duduknya. Ia selalu menikmati pagi dan selalu seperti pagi, Yang datang tepat waktu meski tanpa pernah berjanji menunggumu di sini. Tempat kita pernah sama-sama dulu dalam membangun sebuah janji ikatan suci. Tak pernah jemu. Selalu ada dan selalu menunggu. Meskipun akhirnya kau khianati sendiri.
Seperti pagi. Jhaey merasa akan selalu setia meski apa pun yang terjadi. Pernahkah kau mendengar pagi yang batal datang akibat hujan yang teramat deras atau tak mau menunggu karena langit dipenuhi mendung tebal? Meski tanpa cahaya, Pagi akan tetap datang. Jhaey akan selalu menunggu meski semua tak pasti. Disini diteras rumah idaman yang pernah ia bangun bersama sejak sembilan tahun silam...Sembilan tahun! Jadi, siapa yang rugi kalau ada yang masih meragukan kesetiaan seorang pagi yang masih tetap ada hingga sembilan tahun? Sekarang coba bayangkan juga andai pagi tak datang. Pasti akan kau dengar beragam keluhan dari anak semata wayangmu.
Aku akui kau memang bisa mencarikannya pengganti. Dengan seorang asisten rumah tangga misalnya, Atau dengan pagi yang lain. Tapi, Bisakah setiap hari dia tulus ikhlas membangunkannya, Membuatkan sarapan yang mereka sukai, Mencucikan baju-bajunya, Merapikan kamar mereka, Membuat nyaman saat mereka sakit, Selama sembilan tahun tanpa ada pamrih.
Asisten rumah tangga hanya akan bergerak jika kau memberinya upah. Jikapun kau mencarikan pagi yang lain, Pagi yang tak pernah melahirkan mereka dari rahimnya, Aku yakin pasti akan beda rasa. Hanya pagi yang menjadi rahim, Merekalah yang akan selalu berusaha tulus ikhlas memikirkan bagaimana pertumbuhan dan masa depannya. Itulah sebabnya aku akan terus berada di sini. Menunggui dan mengawalnya, Sekaligus menunggumu meski kuyakin tahu kau tak akan pernah kembali...Tapi aku akan selalu seperti pagi.
Dering pesan WA menyadarkan Jhaey dari lamunannya, Sontak saja iapun memandangi layar kaca ponselnya. Nampak tertera pesan dari seorang wanita yang bernama Manda.
Pagi terus merangkak naik, Jhaey masih terus hanyut dalam lamunan tingkat tingginya, Tanpa beranjak dari tempat duduknya. Ia selalu menikmati pagi dan selalu seperti pagi, Yang datang tepat waktu meski tanpa pernah berjanji menunggumu di sini. Tempat kita pernah sama-sama dulu dalam membangun sebuah janji ikatan suci. Tak pernah jemu. Selalu ada dan selalu menunggu. Meskipun akhirnya kau khianati sendiri.
Seperti pagi. Jhaey merasa akan selalu setia meski apa pun yang terjadi. Pernahkah kau mendengar pagi yang batal datang akibat hujan yang teramat deras atau tak mau menunggu karena langit dipenuhi mendung tebal? Meski tanpa cahaya, Pagi akan tetap datang. Jhaey akan selalu menunggu meski semua tak pasti. Disini diteras rumah idaman yang pernah ia bangun bersama sejak sembilan tahun silam...Sembilan tahun! Jadi, siapa yang rugi kalau ada yang masih meragukan kesetiaan seorang pagi yang masih tetap ada hingga sembilan tahun? Sekarang coba bayangkan juga andai pagi tak datang. Pasti akan kau dengar beragam keluhan dari anak semata wayangmu.
Aku akui kau memang bisa mencarikannya pengganti. Dengan seorang asisten rumah tangga misalnya, Atau dengan pagi yang lain. Tapi, Bisakah setiap hari dia tulus ikhlas membangunkannya, Membuatkan sarapan yang mereka sukai, Mencucikan baju-bajunya, Merapikan kamar mereka, Membuat nyaman saat mereka sakit, Selama sembilan tahun tanpa ada pamrih.
Asisten rumah tangga hanya akan bergerak jika kau memberinya upah. Jikapun kau mencarikan pagi yang lain, Pagi yang tak pernah melahirkan mereka dari rahimnya, Aku yakin pasti akan beda rasa. Hanya pagi yang menjadi rahim, Merekalah yang akan selalu berusaha tulus ikhlas memikirkan bagaimana pertumbuhan dan masa depannya. Itulah sebabnya aku akan terus berada di sini. Menunggui dan mengawalnya, Sekaligus menunggumu meski kuyakin tahu kau tak akan pernah kembali...Tapi aku akan selalu seperti pagi.
Dering pesan WA menyadarkan Jhaey dari lamunannya, Sontak saja iapun memandangi layar kaca ponselnya. Nampak tertera pesan dari seorang wanita yang bernama Manda.
"Haaii! Jhaey jangan lupa yaa sebelum malam tahun baru kau jemput aku ditempat biasa, Oiya mungkin aku akan memakai jasamu Full seharian. jadi kau tak boleh mencari penumpang lagi sebelum aku izinkan"..
Jhaeypun hanya menoleh pesan WA tersebut, Tanpa langsung membalasnya, Pesan dari seorang wanita yang bernama Manda. Pelanggan taksi onlinenya yang berprofesi sebagai wanita Striptis dan wanita panggilan. Jhaey mengenalnya dikawasan puncak Bogor yang memang selalu menjadi tempat mangkal taksi onlinenya. Meski Manda begitu cantik dan sering memberi tips lebih terhadapnya namun hati Jhaey tak terguncang jika mengatarnya atau menjemputnya kalah ia selesai dibooking oleh warga negara jepang ataupun Arab yang terkadang senang mencari hiburan dikawasan puncak Bogor.
Jhaeypun segera meneguk kopinya yang terakhir kalinya. Tak berselang lama iapun membalas pesan wanita yang bernama Manda dengan hanya mengirimkan stiker bergambar 'OK' Setelah itu Jhaeypun bergegas meninggalkan kediamannya untuk menuju kota Bandung menjumpai anak semata wayangnya.
Jhaeypun segera meneguk kopinya yang terakhir kalinya. Tak berselang lama iapun membalas pesan wanita yang bernama Manda dengan hanya mengirimkan stiker bergambar 'OK' Setelah itu Jhaeypun bergegas meninggalkan kediamannya untuk menuju kota Bandung menjumpai anak semata wayangnya.
Mendekati detik-detik akhir tahun kawasan puncak Bogor nampak padat merayap dan ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin mencari hiburan atau menikmati malam pergantian tahun dikawasan tersebut. Ditengah kendaraan yang padat serta berjalan merayap sebuah mobil Toyota Avanza hitam bercorak bunga-bunga nampak berjalan zig-zag mencoba menyalip satu-persatu kendaraan yang ada didepannya. Selang beberapa menit mobil Toyota Avanza hitam itupun memasuki sebuah Cafe. Nampak seorang wanita berparas cantik tersenyum dan bergegas berlari kecil menuju mobil tersebut, Ia adalah Manda wanita yang memang sudah menjadi langganan taksi onlinenya Jhaey. Setelah berada didepan pintu mobil, Tanpa ragu Mandapun segera masuk kedalam.
"Sudah lama menunggu"...Tanya sang pengemudi Jhaey.
"Tidak, Hanya lima menitanlah, Oiya kita langsung kevilla Telaga Biru saja".
Jhaeypun hanya mengangguk sambil sesekali melirik kespion tengah yang berada pada mobilnya. Suasanapun nampak sedikit hening setelah mobil yang dikemudikan oleh Jhaey berjalan. Tak ada obrolan yang berarti didalam mobil terkecuali hanya sekedar basa-basi saja. Namun meski seperti itu baik Jhaey dan Manda berusaha saling mengimbangi perasaan masing-masing. Sampai pada akhirnya keduanya pun tiba pada tempat yang dimaksud. Mandapun bergegas masuk kedalam hotel yang tidak terlalu besar. Sedangkan Jhaey hanya menunggu diluar hotel bergabung ngobrol dengan scurity atau penjaga Villa yang memang juga tersedia tak jauh dari hotel tersebut.
Jenuh dan membosankan sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Bagi Jhaey begitulah pekerjaannya jika mengantar seorang wanita panggilan, Terlebih ia telah disewa seharian untuk mengantarnya kembali ketempat-tempat tertentu. Namun meski begitu Jhaey tetap harus Profesional, Apa yang terjadi ditempat itu Jhaeypun harus menikmatinya meski terkadang selalu saja ada rasa bosan dihatinya.
Suasanapun nampak mendung akan tetapi tidak ada tanda-tanda nampak akan turun hujan. Suasana pergantian tahunpun semakin terasa dikawasan sekitar tempat itu. Dari sejak siang, Hingga berganti sore bahkan hampir menjelang malam banyak orang yang telah ramai berduyun-duyun menyewa villa dan hotel untuk dapat menikmati malam pergantian tahun dikawasan puncak. Meski membosankan ditengah keramaian Jhaey berusaha tetap tersenyum, Iapun akhirnya keluar meninggalkan hotel hanya untuk sekedar menikmati alam agar jiwa dan pikirannya tidak beku. Setelah mendapatkan tempat yang berarti Jhaeypun duduk santai sambil menikmati alam pegunungan yang nampak sejuk dan menyegarkan. Tak lupa iapun memandangi photo putri semata wayangnya yang memang selalu menjadi walpaper pada layar ponselnya. Ia nampak tersenyum manis dan selalu memberi semangat pada jiwanya untuk selalu tetap tegar merawatnya hingga dewasa nanti. Sejuknya suasana alam membuat Jhaey akhirnya terkantuk-kantuk hingga iapun tertidur.
Sementara itu Manda yang sejak tadi sudah berada dikamar hotel nampak sedang santai sambil merias wajahnya didepan cermin besar. Lama tidaknya orang yang akan datang membokingnya iapun nampak tidak perduli. Lalu selang berapa menit, .Mandapun membuka jendela hotel yang ia tempati. Pemandangan alam jelas terlihat, Termasuk kendaraan Jhaey yang terparkir persis ditengah lobi hotel tersebut. Amanda nampak tersenyum, Meski hanya mobilnya yang terpakir bagi Manda ia seperti melihat Jhaey yang nampak perkasa memandangnya dari bawah dan seperti mengisyaratkan dirinya untuk keluar dari kamar hotel tersebut, Lalu segera bersamanya. Tetapi Manda selalu merasa dirinya tidak bersih dan seputih kapas, Ia hanya manusia tanpa daya yang terkadang mengagumi seseorang bak merindu berpeluk rupa dan mendamba bak sisir lapis warnanya. Meski ia sadari jika semua tanpa ungkapan sampai berkalang tanah, Raga serta jiwanya tak pernah ada yang akan tahu.
Trrriiiinggg!!... Suara ponsel Manda membuyarkan lamunannya ditengah jendela kamar hotel tersebut. Mandapun bergegas mengambil ponselnya yang berada ditempat tidur. Iapun segera membaca pesan masuk yang ada diponselnya lalu setelah itu iapun tersenyum karena Mr.Herman wong seorang warga negara China membatalkan pertemuan dengannya karena alasan sibuk. Iapun berharap Manda mau mengerti, Dan untuk semua biaya tempat telah dilunasi oleh Mr.Herman Wong. Setelah tidak ada lagi urusan dengan Mr.Herman Wong. Manda nampak sibuk kembali merapikan riasannya. Manda nampak tersenyum dengan menggunakan gaun putih iapun serasa ingin keluar dari kamar hotel tersebut, Bibirnya nampak merah merona, Selang berikutnya iapun segera keluar kamar hotel sambil tersenyum bahagia, Meski iapun tak tahu apa yang membuat ia sebahagia seperti yang sekarang ia alami.
Disebuah warung tenda pinggir jalan. Jhaey nampak terjaga dari tidurnya setelah dering ponselnya berbunyi dan membuyarkan semua impianya. Setelah mengangkat lalu bercakap-cakap dengan wanita yang tak lain adalah Manda iapun bergegas menuju lobi hotel dimana sebelumnya ia dan Manda berada disana.
"Maaf aku tadi sempat keluar sebentar untuk menghilangkan jenuh"...Kata Jhaey mencoba tenang.
Mandapun tersenyum, Iapun terus memandangi Jhaey seolah menikmati sesuatu yang ada didepanya itu. Bahkan Mandapun ingin tahu apa yang ada didalam lubuk hati Jhaey sesungguhnya. Karena hampir 6 bulan sudah ia kenal dan selalu bersamanya meski semua itu hanya dijalan atau disuatu tempat saja. Selebihnya baik Manda dan Jhaey tak pernah saling terbuka dengan urusan pribadinya masing-masing.
"Oiya kemana lagi aku harus mengantarmu"...Seru Jhaey dan segera menuju parkiran.
"Ooh! Eeh, Tidak..Aku tidak akan kemana-mana. Aku cuma ingin kau menemani aku dicafe dekat Villa yang ada diujung sana"..
Jhaeypun nampak heran, Akan tetapi setelah Manda menjelaskannya ia semakin heran, Bahkan kini Jhaey yang berbalik memandangi wajah Manda. Meski sudah mengenalnya hampir 6 bulan dan terkesan biasa saja, Kali ini Jhaey nampak takjub dengan kecantikan serta keanggunannya.
"Apa menemanimu menikmati tahun baru ditempat ini, Lhoo bukankah?"..
Mandapun langsung menekap bibir Jhaey dengan tenang..."Bukankah sudah aku jelaskan tadi kepadamu".
"Iya, Tapi aku bukan pengusaha atau bos besar yang mampu membayarmu mahal serta membelikan sesuatu yang berharga kepadamu"...Seru Jhaey menampik.
Bhaahaaa!! Mandapun nampak tertawa dengan lembut dan kembali menjelaskan serta meyakinkan Jhaey..."Sudahlah lebih baik kau mandi saja dulu agar pikiranmu menjadi fresh, Justru aku yang akan membayarmu"...Balas Manda sambil segera menarik lengan Jhaey menuju kamar hotel yang sedang ia sewa.
Malam pergantian tahun tinggal menunggu hitungan jam saja namun sebagian orang telah banyak yang meniup terompet serta menyalahkan kembang api. Suasana ditempat itu nampak riuh dan penuh warna-warni seperti pelangi sore yang menyinari dalam pekatnya malam. Jhaey dan Manda nampak tersenyum kedua terus saling pandang, Bagai sepasang kekasih yang baru menyatakan cinta keduanya saling menceritakan pribadinya masing-masing. Kini dimata Jhaey Manda nampak seperti sebuah lukisan pagi yang serasa hidup tersenyum seolah seorang ratu laut kidul yang telah memberi keberuntungan menuju pagi bersemi.
Apa yang dirasakan Jhaey tak jauh berbeda dengan yang Manda rasakan, Jhaey seperti memberi ia kepastian hidup, Jhaey bagai pelangi sore yang datang secara mendadak. Selalu indah dipandang. Urai merah-kuningnya sedapkan mata serta hatinya, Juntai hijau, Biru dan ungunya tentramkan rasa seolah meraih pancawarna dan mengapai seribu suka cita.
Gema pergantian tahun akhirnya usai sudah, Namun malam masih terus panjang, Suasana dikawasan puncak masih terlihat ramai akan tetapi Manda telah berbisik lembut ketelinga Jhaey untuk segera menuju kamar hotel. Indahnya malam yang penuh kebahagian membuat Manda membuka jendela kamar hotelnya.Suasana dingin menjadikan pertanyaan bagi Jhaey.
Lho, kenapa kau buka jendela itu. Apa kau tak merasa dingin"..
"Dingin disini bisa menjadi hangat berkat adanya dirimu disisiku"...Balas Manda sambil terseyum menggoda.
Jhaeypun balas tersenyum, Selang beberapa menit Jhaey langsung menyeret tubuh Manda keatas ranjang peraduan. Manda berteriak kecil keduanya nampak saling pagut sampai akhirnya Jhaey membisikan kata ketelinga Manda.
"Terimah kasih telah mempercayai jiwa yang rapuh dan tanpa arah ini"..
Manda kembali tersenyum iapun kembali memeluk Jhaey semakin erat, Dan membiarkan tangan perkasa Jhaey menyibak gaun putihnya. Manda bagai manusia tanpa daya yang kagumi Jhaey bak merindu berpeluk rupa. Walau Manda tahu ia bisa seperti pelangi yang memikat meski sesaat, Namun cinta hambarnya sudah tanpa lagi warna memikat. Karena hatinya berusaha membungkus kesucian jiwa. Jika ia berpikir itu hanya dosa Kenapa rela? Manda meyakinkan bahwa Jhaey bisa bangun dan bangkit dari jiwa rapuhnya. Tidak lagi terpuruk ditengah hujan lebat, Sementara halusinasinya begitu memikat. Meski warna pelangiku jadikannya manusia nista..
Duhai asa taubat atas nikmat sesat jika engkau berpikir itu hanya dosa lantas kenapa engkau masih rela? Bergelut panorama warna, Sementara cintanya hampa merindukan pagi yang terlukis indah dalam satu ruang yang abadi.
"Sudah lama menunggu"...Tanya sang pengemudi Jhaey.
"Tidak, Hanya lima menitanlah, Oiya kita langsung kevilla Telaga Biru saja".
Jhaeypun hanya mengangguk sambil sesekali melirik kespion tengah yang berada pada mobilnya. Suasanapun nampak sedikit hening setelah mobil yang dikemudikan oleh Jhaey berjalan. Tak ada obrolan yang berarti didalam mobil terkecuali hanya sekedar basa-basi saja. Namun meski seperti itu baik Jhaey dan Manda berusaha saling mengimbangi perasaan masing-masing. Sampai pada akhirnya keduanya pun tiba pada tempat yang dimaksud. Mandapun bergegas masuk kedalam hotel yang tidak terlalu besar. Sedangkan Jhaey hanya menunggu diluar hotel bergabung ngobrol dengan scurity atau penjaga Villa yang memang juga tersedia tak jauh dari hotel tersebut.
Jenuh dan membosankan sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Bagi Jhaey begitulah pekerjaannya jika mengantar seorang wanita panggilan, Terlebih ia telah disewa seharian untuk mengantarnya kembali ketempat-tempat tertentu. Namun meski begitu Jhaey tetap harus Profesional, Apa yang terjadi ditempat itu Jhaeypun harus menikmatinya meski terkadang selalu saja ada rasa bosan dihatinya.
Suasanapun nampak mendung akan tetapi tidak ada tanda-tanda nampak akan turun hujan. Suasana pergantian tahunpun semakin terasa dikawasan sekitar tempat itu. Dari sejak siang, Hingga berganti sore bahkan hampir menjelang malam banyak orang yang telah ramai berduyun-duyun menyewa villa dan hotel untuk dapat menikmati malam pergantian tahun dikawasan puncak. Meski membosankan ditengah keramaian Jhaey berusaha tetap tersenyum, Iapun akhirnya keluar meninggalkan hotel hanya untuk sekedar menikmati alam agar jiwa dan pikirannya tidak beku. Setelah mendapatkan tempat yang berarti Jhaeypun duduk santai sambil menikmati alam pegunungan yang nampak sejuk dan menyegarkan. Tak lupa iapun memandangi photo putri semata wayangnya yang memang selalu menjadi walpaper pada layar ponselnya. Ia nampak tersenyum manis dan selalu memberi semangat pada jiwanya untuk selalu tetap tegar merawatnya hingga dewasa nanti. Sejuknya suasana alam membuat Jhaey akhirnya terkantuk-kantuk hingga iapun tertidur.
Sementara itu Manda yang sejak tadi sudah berada dikamar hotel nampak sedang santai sambil merias wajahnya didepan cermin besar. Lama tidaknya orang yang akan datang membokingnya iapun nampak tidak perduli. Lalu selang berapa menit, .Mandapun membuka jendela hotel yang ia tempati. Pemandangan alam jelas terlihat, Termasuk kendaraan Jhaey yang terparkir persis ditengah lobi hotel tersebut. Amanda nampak tersenyum, Meski hanya mobilnya yang terpakir bagi Manda ia seperti melihat Jhaey yang nampak perkasa memandangnya dari bawah dan seperti mengisyaratkan dirinya untuk keluar dari kamar hotel tersebut, Lalu segera bersamanya. Tetapi Manda selalu merasa dirinya tidak bersih dan seputih kapas, Ia hanya manusia tanpa daya yang terkadang mengagumi seseorang bak merindu berpeluk rupa dan mendamba bak sisir lapis warnanya. Meski ia sadari jika semua tanpa ungkapan sampai berkalang tanah, Raga serta jiwanya tak pernah ada yang akan tahu.
Trrriiiinggg!!... Suara ponsel Manda membuyarkan lamunannya ditengah jendela kamar hotel tersebut. Mandapun bergegas mengambil ponselnya yang berada ditempat tidur. Iapun segera membaca pesan masuk yang ada diponselnya lalu setelah itu iapun tersenyum karena Mr.Herman wong seorang warga negara China membatalkan pertemuan dengannya karena alasan sibuk. Iapun berharap Manda mau mengerti, Dan untuk semua biaya tempat telah dilunasi oleh Mr.Herman Wong. Setelah tidak ada lagi urusan dengan Mr.Herman Wong. Manda nampak sibuk kembali merapikan riasannya. Manda nampak tersenyum dengan menggunakan gaun putih iapun serasa ingin keluar dari kamar hotel tersebut, Bibirnya nampak merah merona, Selang berikutnya iapun segera keluar kamar hotel sambil tersenyum bahagia, Meski iapun tak tahu apa yang membuat ia sebahagia seperti yang sekarang ia alami.
Disebuah warung tenda pinggir jalan. Jhaey nampak terjaga dari tidurnya setelah dering ponselnya berbunyi dan membuyarkan semua impianya. Setelah mengangkat lalu bercakap-cakap dengan wanita yang tak lain adalah Manda iapun bergegas menuju lobi hotel dimana sebelumnya ia dan Manda berada disana.
"Maaf aku tadi sempat keluar sebentar untuk menghilangkan jenuh"...Kata Jhaey mencoba tenang.
Mandapun tersenyum, Iapun terus memandangi Jhaey seolah menikmati sesuatu yang ada didepanya itu. Bahkan Mandapun ingin tahu apa yang ada didalam lubuk hati Jhaey sesungguhnya. Karena hampir 6 bulan sudah ia kenal dan selalu bersamanya meski semua itu hanya dijalan atau disuatu tempat saja. Selebihnya baik Manda dan Jhaey tak pernah saling terbuka dengan urusan pribadinya masing-masing.
"Oiya kemana lagi aku harus mengantarmu"...Seru Jhaey dan segera menuju parkiran.
"Ooh! Eeh, Tidak..Aku tidak akan kemana-mana. Aku cuma ingin kau menemani aku dicafe dekat Villa yang ada diujung sana"..
Jhaeypun nampak heran, Akan tetapi setelah Manda menjelaskannya ia semakin heran, Bahkan kini Jhaey yang berbalik memandangi wajah Manda. Meski sudah mengenalnya hampir 6 bulan dan terkesan biasa saja, Kali ini Jhaey nampak takjub dengan kecantikan serta keanggunannya.
"Apa menemanimu menikmati tahun baru ditempat ini, Lhoo bukankah?"..
Mandapun langsung menekap bibir Jhaey dengan tenang..."Bukankah sudah aku jelaskan tadi kepadamu".
"Iya, Tapi aku bukan pengusaha atau bos besar yang mampu membayarmu mahal serta membelikan sesuatu yang berharga kepadamu"...Seru Jhaey menampik.
Bhaahaaa!! Mandapun nampak tertawa dengan lembut dan kembali menjelaskan serta meyakinkan Jhaey..."Sudahlah lebih baik kau mandi saja dulu agar pikiranmu menjadi fresh, Justru aku yang akan membayarmu"...Balas Manda sambil segera menarik lengan Jhaey menuju kamar hotel yang sedang ia sewa.
Malam pergantian tahun tinggal menunggu hitungan jam saja namun sebagian orang telah banyak yang meniup terompet serta menyalahkan kembang api. Suasana ditempat itu nampak riuh dan penuh warna-warni seperti pelangi sore yang menyinari dalam pekatnya malam. Jhaey dan Manda nampak tersenyum kedua terus saling pandang, Bagai sepasang kekasih yang baru menyatakan cinta keduanya saling menceritakan pribadinya masing-masing. Kini dimata Jhaey Manda nampak seperti sebuah lukisan pagi yang serasa hidup tersenyum seolah seorang ratu laut kidul yang telah memberi keberuntungan menuju pagi bersemi.
Apa yang dirasakan Jhaey tak jauh berbeda dengan yang Manda rasakan, Jhaey seperti memberi ia kepastian hidup, Jhaey bagai pelangi sore yang datang secara mendadak. Selalu indah dipandang. Urai merah-kuningnya sedapkan mata serta hatinya, Juntai hijau, Biru dan ungunya tentramkan rasa seolah meraih pancawarna dan mengapai seribu suka cita.
Gema pergantian tahun akhirnya usai sudah, Namun malam masih terus panjang, Suasana dikawasan puncak masih terlihat ramai akan tetapi Manda telah berbisik lembut ketelinga Jhaey untuk segera menuju kamar hotel. Indahnya malam yang penuh kebahagian membuat Manda membuka jendela kamar hotelnya.Suasana dingin menjadikan pertanyaan bagi Jhaey.
Lho, kenapa kau buka jendela itu. Apa kau tak merasa dingin"..
"Dingin disini bisa menjadi hangat berkat adanya dirimu disisiku"...Balas Manda sambil terseyum menggoda.
Jhaeypun balas tersenyum, Selang beberapa menit Jhaey langsung menyeret tubuh Manda keatas ranjang peraduan. Manda berteriak kecil keduanya nampak saling pagut sampai akhirnya Jhaey membisikan kata ketelinga Manda.
"Terimah kasih telah mempercayai jiwa yang rapuh dan tanpa arah ini"..
Manda kembali tersenyum iapun kembali memeluk Jhaey semakin erat, Dan membiarkan tangan perkasa Jhaey menyibak gaun putihnya. Manda bagai manusia tanpa daya yang kagumi Jhaey bak merindu berpeluk rupa. Walau Manda tahu ia bisa seperti pelangi yang memikat meski sesaat, Namun cinta hambarnya sudah tanpa lagi warna memikat. Karena hatinya berusaha membungkus kesucian jiwa. Jika ia berpikir itu hanya dosa Kenapa rela? Manda meyakinkan bahwa Jhaey bisa bangun dan bangkit dari jiwa rapuhnya. Tidak lagi terpuruk ditengah hujan lebat, Sementara halusinasinya begitu memikat. Meski warna pelangiku jadikannya manusia nista..
Duhai asa taubat atas nikmat sesat jika engkau berpikir itu hanya dosa lantas kenapa engkau masih rela? Bergelut panorama warna, Sementara cintanya hampa merindukan pagi yang terlukis indah dalam satu ruang yang abadi.
Labels: Cerita